TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA - Satu per satu kisah korban pembunuhan yang dilakukan Slamet Tohari alias Mbah Slamet sang dukun pengganda uang asal Banjarnegara perlahan mulai terungkap.
Diketahui hingga kini ada 12 jasad yang ditemukan terkubur di dalam hutan di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Mereka adalah para korban Mbah Slamet.
Ke-12 korban dibunuh Mbah Slamet setelah menagih uang yang dijanjikan Mbah Slamet dengan modus penggandaan uang.
Baca juga: Dua Warga Magelang Diduga Jadi Korban Pembunuhan Mbah Slamet, Barang di TKP Dijadikan Bukti
Hingga kini, empat korban pembunuhan telah terindentifikasi, sementara delapan korban lain masih belum terungkap identitasnya.
Empat korban yang telah teridentifikasi sesuai rilis Polda Jateng masing-masing adalah:
1. Paryanto (53), laki-laki asal Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
2. Irsad (43), laki-laki asal Desa Tanjung Rejo Rt. 1/IV Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran, Lampung.
3. Wahyu Triningsih (40), perempuan, merupakan istri Irsad.
4. Mulyadi Pratama (46), laki-laki asal Desa Siring Agung Kecamatan Ilir Barat I, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.
Sementara itu ada dua korban diketahui merupakan ibu dan anak yang berasal dari Magelang, Jawa Tengah yakni, Theresia Dewi (47) dan anaknya Okta Ali Abrianto.
Sejumlah barang yang terkubur di dalam liang lahad diyakini milik warga Mertoyudan, Magelang tersebut.
Baca juga: Kapolda Apresiasi Quick Respon Polres Banjarnegara Ungkap Kasus Mbah Slamet, Ini Imbauan untuk Warga
Kakak Theresia Dewi, Yusuf Edi Gunawan (64), mengungkapkan ibu dan anak tersebut menghilang setelah pergi dari Salatiga pada November 2021 lalu.
Saat di Salatiga, Theresia Dewi ditemani dua anaknya, Okta Ali Abrianto dan Claudy.
Theresia Dewi kemudian berpamitan kepada Claudy akan pergi ke Banjarnegara ditemani Okta Ali Abrianto.
"Kemudian mereka (kedua korban) berpamitan ke Claudy, pamit pergi ke Banjarnegara katanya mau ambil dana (uang)."
"Mereka berangkat ke Banjarnegara naik mobilnya Honda Mobilio," ungkapnya, Sabtu (8/4/2023) dikutip dari TribunJogja.com.
Sejak saat itu, pihak keluarga mengaku kehilangan kontak ibu dan anak itu.
Setelah kasus penemuan 12 jasad korban pembunuhan Mbah Slamet, pihak keluarga menduga Theresia Dewi dan Okta Ali Abrianto menjadi korban.
Yusuf Edi Gunawan merasa yakin karena terdapat sejumlah barang yang ditemukan di liang lahad korban seperti jam tangan, jaket, dan kunci mobil.
Baca juga: Tiba di Pesawaran, Jenazah Suami-Istri Korban Penipuan Mbah Slamet Disambut Shalawat
"Barang buktinya itu sudah identik, saya lihat jam tangan adik saya itu. Jaket Pemuda Pancasila, ada label nama yang tertulis nama Okta."
"Lalu, kunci mobil yang masih ada di dalam saku celana. Untuk mobilnya sampai sekarang belum diketahui, masih dalam penyelidikan," sambungnya.
Ia mengaku telah melakukan tes DNA untuk dicocokkan dengan jasad Theresia Dewi.
Sedangkan jasad Okta Ali Abrianto dicocokkan DNA dengan ayah kandung korban.
"Saya ke sana diambil sampel DNA-nya. Sedangkan untuk Okta, Bapaknya (suami pertama Theresia Dewi) sudah diambil tes DNA nya juga, kemarin Sabtu," tandasnya.
Menurut Yusuf, adiknya yang bekerja sebagai kontraktor sempat mengalami masalah keuangan karena tidak memiliki suami.
"Memang sempat kesulitan keuangan, apalagi korban ini sudah sendiri. Korban menikah dua kali, namun keduanya sudah bercerai."
"Saya juga tidak mengetahui dan kenal dengan dukun pengganda uang itu," pungkasnya.
Baca juga: Ciri-ciri 8 Jasad Korban Mbah Slamet yang Belum Teridentifikasi, 4 di Antaranya Perempuan
Sosok Theresia Dewi
Yusuf menuturkan sang adik yang bekerja sebagai kontraktor, selama ini cukup kesulitan menangani masalah keuangan lantaran statusnya sebagai orang tua tunggal.
Meski demikian, Yusuf tak tahu pasti masalah keuangan yang dihadapi oleh Theresia.
"Memang sempat kesulitan keuangan, apalagi korban ini sudah sendiri. Korban menikah dua kali, namun keduanya sudah bercerai."
"Saya juga tidak mengetahui dan kenal dengan dukun pengganda uang itu," katanya.
17 Laporan Orang Hilang
Terkait kasus pembunuhan berantai yang dilakukan Mbah Slamet, Kapolda Jawa Tengah, Irjen Ahmad Luthfi, berjanji pihaknya akan mengusut tuntas.
Pasalnya, pengakuan Mbah Slamet yang mengatakan sudah beraksi sejak 2020 sebagai dukun pengganda uang, dinilai mencurigakan.
Apalagi Mbah Slamet mengaku lupa siapa saja korbannya.
"Tetap kami lakukan pengembangan kasus karena kejadian ini sejak 2020."
"Sing mateni ae (yang membunuh saja) lupa, apalagi penyidiknya," ujar Luthi kepada TribunJateng.com, Kamis (6/4/2023).
"Penyidik kami harus aktif agar kasus ini tuntas terungkap," imbuhnya.
Hingga Kamis, sudah ada 17 laporan mengenai orang hilang yang masuk di Posko Pengaduan Korban Mbah Slamet.
Semua aduan orang hilang tersebut kini digeser dari Polda Jateng untuk ditangani Polres Banjarnegara.
Keluarga yang melapor nantinya akan diperiksa mulai DNA maupun tes pendukung lainnya.
"Sudah ada 17 laporan orang hilang di posko tersebut," kata Luthfi.
"Perlu kami cocokkan datanya apakah matching data korban Slamet Tohari dengan korban hilang yang dilaporkan," pungkasnya.
Terkuaknya Kasus
Kasus pembunuhan berantai berkedok menggandakan uang yang dilakukan Mbah Slamet terungkap setelah ada laporan orang hilang dari anak korban Paryanto.
Paryanto sempat mengirim pesan WhatsApp kepada anaknya tentang lokasi rumah Mbah Slamet.
Mbah Slamet kemudian diamankan polisi pada Minggu (2/4/2023).
Setelah Mbah Slamet diamankan, baru diketahui bahwa pelaku mengubur belasan korbannya di hutan di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, tak jauh dari rumahnya.
Sumber: Tribunnews.com, Tribun Jateng, TribunJogja