News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

KISAH Pilu Noviana Korban TPPO di Myanmar, Disiksa dan Dipukul Menggunakan Bambu dalam Ruang Gelap

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Noviana Indah Susanti (37), (kanan) korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) asal Cimahi saat ditemui di rumah kakaknya, Minggu (4/6/2023).

TRIBUNNEWS.COM, CIMAHI - Awal bulan Mei silam, nama  Noviana Indah Susanti (37), warga Kampung Baros Sukaraja, RT 06/10, Kelurahan Baros, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, mencuat di sejumlah pemberitaan media di tanah air.

Wanita asal Cimahi dilaporkan hilang dan belakangan diketahui disekap di daerah konflik Myawaddy, Myanmar.

Noviana menjadi satu diantara 19 korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Myanmar.

Bukan pekerjaan sebagai custumer service seperti yang dijanjikan namun ia dijadikan penipu "online".

Noviana diketahui berangkat pada 23 Oktober 2022 ikut bersama sebuah agen tenaga kerja migran di Bekasi.

Gadis lulusan Sekolah Tinggi Design Indonesia (STDI) Bandung ini tergiur oleh gaji puluhan puluhan juta rupiah setiap bulan dan akan ditempatkan di Thailand.

Baca juga: Usai Dipanggil Presiden Jokowi Soal Maraknya TPPO, Benny Rhamdani Langsung Tancap Gas

Usia menjalani kehidupan mengerikan di perantauan, keberuntungan rupanya masih berpihak kepada Noviana.

Ia akhirnya bisa pulang ke kampung halamannya dan kini dia sudah berkumpul lagi dengan keluarga.

Noviana tiba di Indonesia pada 25 Mei 2023 dan tiba di kampung halamannya sejak beberapa hari lalu.

Tribun Jabar berkesempatan bertemu dengan Noviana. 

Sampai saat ini Noviana dan keluarganya sudah merasa tenang meskipun belum bisa sepenuhnya melupakan kejadian kelam yang dialami akibat tertipu lowongan kerja hingga terjebak dan jadi korban TPPO di Myawaddy, Myanmar.

Noviana menceritakan pengalaman pilunya itu.

"Di sana saya dimasukkan ke dalam ruang gelap karena membuat dan menyebarkan video minta tolong," ujarnya saat ditemui di rumah kakaknya, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Minggu (4/6/2023).

Saat itu dia dimasukan ke ruang gelap dengan ukuran 1,5 X 2,5 meter.

Ia tidak sendiri namun bersama beberapa temannya lainnya.

Bahkan, ia  tersiksa karena mendapat kekerasan fisik dari manajer dan pimpinan di tempat kerjanya.

"Jadi ada 3 ruangan, itu ruang asrama, ruang gelap, sama penyekapan.

Di situ saya dan teman-teman disiksa sampai biru-biru dan berdarah karena dihajar pakai bambu," kata Noviana.

Baca juga: Polri: Puluhan Korban TPPO Myanmar dan Filipina Kembali ke Tanah Air

Selama di ruang gelap itu, Noviana benar-benar tersiksa.

Bahkan untuk sekedar membuang hajat kesulitan hingga harus buang air besar dengan menggunakan keresek atau kantong plastik.

"Seumur-umur saya enggak pernah buang air di keresek karena di sana kondisinya parah banget buang air kecil pun harus pakai ember," ucapnya.

Kini Noviana sudah terbebas dari segala penyiksaan itu, hanya saja luka di beberapa tubuhnya hingga kini masih membekas.

Ini akibat penyiksaan yang bertubi-tubi selama di Myanmar.

"Luka di badan belum begitu sembuh, karena kan saya sempat dihajar membabi buta, seperti kepala sempat dihantam, jadi sampai sekarang masih sering sakit kepala hebat secara tiba-tiba," ujar Noviana.

Hingga kini masih merasakan trauma yang mendalam hingga harus membuang barang kesayangan seperti baju, sandal dan sebagainya yang saat itu dipakai atau dibawa ke Myanmar.

"Itu karena saking traumanya, jadi saya ingat terus bagaimana selalu dimaki-maki sama leader dan manajer dan diancam akan dijual ke rumah pelacuran atau tempat penjualan organ tubuh," katanya.

Dengan segala penyiksaan itu, Noviana masih belum percaya bisa pulang ke kampung halaman.

Hanya saja dia belum bisa bercerita ke orang banyak soal pengalaman pahit yang dialaminya selama di Myanmar.

Ia mengatakan, untuk sementara ini dia masih merasa tidak nyaman di keramaian.

Bahkan belum ada keinginan untuk bertemu dengan teman-temannya karena masih merasakan trauma.

"Soalnya teman-teman minta diceritain lagi waktu di sana gimana.

Padahal kan saya pulang untuk ngelupain kejadian di sana, jadi sebetulnya jangan ditanya terus tentang itu karena butuh waktu buat cerita, enggak sekarang," ujar Noviana.

Untuk sementara ini, Noviana belum melakukan apa-apa karena ingin fokus pada pemulihan kondisi fisik, mental, dan melupakan semua yang telah terjadi agar nantinya bisa kembali normal seperti biasa.

Proses Cepat 

Terpisah, ayah Noviana, Djoko Suprijanto menjelaskan bagaimana awal putrinya terjebak lamaran kerja hingga tertahan di Myawaddy, wilayah yang disebut dikuasai pemberontak di Myanmar. 

Dilansir dari KompasTV, proses administrasi Noviana untuk kerja ke luar negeri tergolong sangat cepat.

Paspor untuk Noviana dibuatkan oleh agen pengirim tenaga kerja. 

Menurut Djoko lamaran tersebut didapat putrinya dari media sosial. Gaji yang ditawarkan sangat besar, mencapai Rp25 juta. 

"Pekerjaannya customer service marketing online di Thailand," ujar Djoko di program Rosi KOMPAS TV "Penyekapan TKI di Myanmar," Kamis (4/5/2023).

Sebagai orangtua, Djoko mengaku berdebat dengan Noviana lantaran agen tenaga kerja tidak membuat visa kerja dan izin tinggal.

Saat keberangkatan Djoko meminta agar komunikasi tetap terjaga.

Dinda Meidhita Hapsari (34), adik kandung Noviana Indah Susanti (37) saat menunjukan foto kakaknya, Kamis (4/5/2023). Novianti terjebak di Myanmar setelah tertipu lowongan kerja online. (TRIBUNJABAR.ID/HILMAN KAMALUDIN)

Tujuannya untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. 

Di minggu keempat setelah keberangkatan, Noviana baru berkomunikasi dengan dirinya. Itupun dengan waktu yang singkat. 

Tiga hari setelah komunikasi pertama, Noviana menjelaskan dirinya seakan terjebak oleh lamaran kerja ilegal. 

Sedari awal dirinya mengaku bekerja di Thailand, namun Noviana kini berada di Myanmar dan dipekerjakan untuk melakukan penipuan secara daring atau online scamming dengan target warga Amerika Serikat dan Eropa.

Mereka kerap disiksa jika tak bisa mencapai target penipuan.

"Hari ketiga setelah komunikasi awal itu, Indah bilang Pak maafin Indah kayanya Indah korban perdagangan manusia.

Kerja 19 jam terus gaji belum bisa dijanjikan. Dia bilang kayanya Indah nggak tahu bisa balik lagi atau enggak," ujar Djoko. 

Perjalanan ke Myanmar 

Djoko menjelaskan sebelum berangkat ke Thailand, Noviana dan TKI lainnya menginap di Bekasi.

Empat minggu saat keberangkatan ternyata Noviana lebih banyak berkomunikasi dengan pamannya. 

Noviana menjelaskan perjalanannya hingga tiba di daerah Myawaddy, Myanmar. 

Setelah tiba di Bandara Internasional Don Mueang, Thailand Noviana dijemput dengan mobil van dengan kaca gelap.

Di daerah perbatasan Thailand-Myanmar Noviana mengaku sempat menginap semalam.

Keesokan harinya baru diberangkatkan ke Myanmar. 

"Komunikasi dengan pamannya dibawa pakai mobil van berkaca hitam, terdengar juga ada larangan untuk telepon," ujar Djoko. 

 Djoko menjelaskan kondisi putrinya tidak seperti orang lain.

Sejak umur 20 tahun, kantong empedu Noviana sudah diangkat dan nutrisi yang masuk dalam tubuh harus terpenuhi.

"Kenapa Novi ini nekat berangkat karena terdesak oleh situasi kondisi sosial ekonomi. Karena dia ini orang tua tunggal menghidupi satu anak yang dititipkan ke saya," ujar Djoko. 

Amankan Dua Pelaku   

Berkaitan kasus yang dialami Novianti ini, Bareskrim Polri berhasil mengamankan 2 orang tersangka dugaan tindak pidana perdagangan orang (TPPO), atas nama Andri dan Anita di Bekasi, Jawa Barat.

Kedua tersangka berperan sebagai perekrut tenaga kerja di daerah.

Sebanyak 16 dari 25 korban yang kasusnya sempat viral, ternyata merupakan hasil dari rekrutan kedua tersangka.

"Dua tersangka ini atas nama Andri dan Anita, yang bersangkutan kita tangkap di daerah Bekasi, di mana kedua orang tersebut merekrut korban-korban," kata Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Bareskrim Polri Brigjen Djuhandani Rahardjo Puro dalam konferensi pers, Selasa (16/5/2023).

Adapun pola perekrutan yang dilakukan pelaku adalah menawarkan kerja ke Thailand dan dibantu dalam pengurusan paspor.

Calon korban juga diwawancarai dengan menggunakan video conference dan beberapa korban juga sempat ditampung di rumah dan apartemen milik pelaku.

 Sementara modus operandinya adalah tanpa menggunakan perusahaan penempatan pekerja migran, tanpa menggunakan visa kerja, dibekali surat tugas CV Prima Karya Gemilang, dan name tag guna mengelabui petugas imigrasi.

"Jadi mereka dibekali surat dari CV, hal ini digunakan untuk menutupi petugas imigrasi," katanya.

Pelaku juga membekali korban tiket pulang pergi Jakarta-Bangkok dan diseberangkan ke Myanmar secara ilegal.

Perihal tawaran pekerjaan, para korban dijanjikan oleh pelaku bekerja sebagai marketing operator online dengan gaji Rp12-15 juta, serta ada komisi tambahan jika mencapai target, bekerja selama 12 jam sehari, dan 6 bulan sekali bisa cuti untuk kembali ke Indonesia.

"Ini tawaran yang disampaikan ke para korban," terang Djuhandani.

Namun para korban dieksploitasi dengan diberikan kontrak kerja bahasa China.

Korban dipekerjakan di perusahaan online scam milik warga negara China, ditempatkan di salah satu tempat tertutup yang dijaga orang bersenjata.

Para korban pun bekerja tak sesuai apa yang dijanjikan pelaku, mereka dipaksa bekerja selama 16-18 jam sehari, dengan gaji yang tidak pernah diberikan.

Bila korban tak mencapai target, mereka akan diberikan sanksi pemotongan gaji dan tindakan kekerasan fisik berupa dijemur, lari, pemukulan, hingga dikurung.

"Manakala para korban tidak mencapai target yang ditargetkan perusahaan, mereka akan diberikan sanksi berupa potongan gaji termasuk tindakan kekerasan fisik," ungkap dia. (Tribun Jabar/Hilman Kamaludin)  (Tribunnews.com/ Danang Triatmojo) (KompasTV/Johannes Mangihot)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com berjudul Bareskrim Tangkap 2 Tersangka TPPO ke Myanmar, Korbannya Dijanjikan Kerja dengan Upah Rp 15 Juta,   TribunJabar.id dengan judul KISAH Noviana Korban TTPO di Myanmar, Ceritakan Pengalaman Kelam, Masuk Ruang Gelap dan Disiksa, KompasTV  Detik-detik Noviana jadi Korban Perdagangan Manusia

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini