Padahal, pihak keluarga telah memberikan saran kepada orang tua KRA.
"Saat dia digigit, bapaknya langsung menghubungi saya. Saya sudah sarankan cepat dibawa ke Puskesmas biar di VAR. Tapi kata bapaknya, lukanya hanya kecil, kata Jero Made Santika, dikutip dari TribunBali.
Namun, pada Sabtu (10/6/2023), bocah itu mulai mengalami gejala khas yang mengarah ke gejala rabies seperti takut pada angin, tidak bisa minum air, nyeri menelan, ketakutan hingga gelisah.
KRS pun kemudian dibawa ke RSUD Tangguwisa pada Minggu (11/6/2023), lalu dirujuk ke RSUD Buleleng untuk penanganan intensif.
Namun sayang selang beberapa jam dirawat di RSUD Buleleng, anak kedua dari pasangan Putu Redita dan Wayan Sinar itu meninggal dunia.
Pihak keluarga tak menyangka, bocah yang disbeut-sebut penyayang binatang itu meninggal dunia karena hewan peliharannya sendiri.
Rencananya, jenazah KRA akan diaben pada Senin (19/6/2023) di Setra Desan Pangkung Paruk.
Pemkab Bueleng diminta sosialisasikan bahaya rabies
Atas kejadian ini, Pemkab Buleleng diminta terus mensosialisasikan bahaya rabies pada masyarakat.
Pasalnya, kasus kematian rabies cukup tinggi.
Dikhawatirkan, kasus ini bisa menjadi isu nasional yang akan berdampak pada pariwisata Bali.
Anggota Komisi IX DPR RI, I Ketut Kariyasa Adnyana pada Jumat (16/6) mengatakan seluruh anjing dan Hewan Penular Rabies (HPR) lainnya harus tervaksin secara rutin.
Ia menyebut sejauh ini vaksin terhadap anjing hanya dilakukan saat terjadinya kasus kematian akibat rabies.
Ia menegaskan agar kasus ini tak dianggap remeh.