Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahmi Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Wakil Presiden (Wapres), Maruf Amin mengatakan, pernikahan dini dianggap lebih banyak keburukannya daripada kebaikannya.
Maruf Amin mengatakan, patut menjadi keprihatinan bersama terkait angka pernikahan anak usia dini di Indonesia yang relatif masih sangat tinggi.
Baca juga: Tekan Angka Stunting di Kabupaten Trenggalek, Novita Hardini Luncurkan Dapur Cinta
Sebab pernikahan yang dilakukan di bawah umur ini dinilai berisiko melahirkan anak stunting.
"Pernikahan anak ini mesti kita hindari karana lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya, termasuk berisiko tinggi melahirkan anak stunting," kata Wapres Maruf pada acara puncak Hari Keluarga Nasional (Harganas) 2023 di Kabupaten Banyuasin, Kamis (6/7/2023).
Dirinya beranggapan, maraknya terjadi pernikahan dini lantaran banyak masyarakat menganggap hal itu tidak dilarang oleh agama.
Meskipun begitu, Wapres Ma’ruf mengatakan, pernikahan usia dini ini membawa banyak bahaya, di antaranya selain stunting adalah kematian ibu dan kematian anak.
"Memang secara agama tidak melarang tetapi perkawinan dini itu membawa kemudhoratan yaitu berbagai macam masalah termasuk stunting. Setiap sesuatu yang membawa bahaya itu dilarang agama," tegas Wapres.
Baca juga: Wapres Maruf Amin Perintahkan Kementerian dan Lembaga Gunakan Anggaran Stunting Secara Efektif
Lanjutnya, menghindari setiap bahaya yang akan datang merupakan sebuah kewajiban, apalagi yang sudah diyakini bahayanya.
Sebab pernikahan dini sangat diyakini bahayanya oleh karena itu wajib hukumnya untuk dihindari.
"Bagi keluarga yang memiliki anak remaja agar dipastika remaja kita memiliki prilaku baik dan sehat," ujar eks Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Sebut Keluarga Dianggap Jadi Elemen Penting Cegah Stunting
Sebelumnya diberitakan, merujuk data statistik Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) tahun 2020 tercatat lebih dari 149 juta atau 22 persen populasi bayi di seluruh dunia mengalami stunting.
Baca juga: Wapres Maruf Amin Sebut Intervensi Semua Pihak Perlu Dilakukan Guna Percepat Penurunan Stunting
Jumlah tersebut dijelaskan Ma'ruf dimana sebanyak 6,3 juta merupakan bayi Indonesia yang mengalami stunting.
"Menurut Unicef stunting disebabkan anak kekurangan gizi dalam dua tahun usianya, ibu kekurangan nutrisi saat kehamilan dan sanitasi yang buruk," jelas Ma'ruf Amin.
Adapun saat ini tingkat prevelensi atau percepatan pengurangan stunting telah berada di angka 21,6 persen dengan target 14 persen pada tahun 2024 mendatang.
Oleh sebabnya dijelaskan wapres, guna mencapai target tersebut perlu adanya kerja sama dari semua pihak terutama dimulau dari elemen paling kecil yakni keluarga.
"Keluarga mesti memiliki kesadaran untuk memprioritaskan pemenuhan asupan gizi dan pengasuhan anak secara layak, termasuk menjaga kebersihan tempat tinggal dan lingkungan,” jelasnya.
Baca juga: Tekan Prevalensi Stunting, Charles Honoris dan BKKBN Sosialisasi Pencegahan Stunting
Terkait persoalan stunting tersebut, Ma'ruf menuturkan bahwa hal itu bukan hanya menyoal gangguan tinggi badan pada anak akan tetapi bisa berdampak pada penyakit kronis lainnya.
Selain itu stunting juga bisa berdampak pada terhambatnya kecerdasan anak seiring perkembangan dimasa mendatang.
"Anak stunting memiliki badan dan otak yang stunting. Anak stunting memiliki kehidupan yang stunting pula,” pungkasnya.