"Kayak mau mati rasanya, langsung kami sama anak-anak berhamburan keluar."
"Di luar ruangan kelas pun hal yang sama terjadi, terpaksa kami bawa anak-anak masuk ke hutan," jelasnya.
Saat kejadian, Delia melihat beberapa siswa jatuh pingsan.
Namun, ia bersama para guru berusaha menyelamatkan ratusan siswa lainnya dari gas air mata.
"Tadi gak terbayangkan, banyak juga anak-anak siswa yang sampai lompat pagar, masuk hutan bersembunyi," bebernya.
Sementara itu, beberapa siswa SMPN 22 Batam mengaku sangat tersiksa saat udara ruang kelas mereka dipenuhi gas air mata.
"Pekik tadi, macam nak mau mati. Pedih, sesak, panas. Ternyata begitu rasanya gas air mata iya," ujar seorang siswa SMPN 22 Batam bernama Sevi.
Suasana mencekam saat bentrokan juga terjadi di sejumlah SD di Pulau Rempang.
Arsyid, seorang guru di SD Pulau Rempang langsung berinisiatif mengumpulkan semua siswa di satu kelas.
Anak didiknya berteriak histeris saat terdengar suara bentrokan di sekitar sekolah mereka.
Kepanikan terjadi saat mereka mendengar letupan seperti suara pistol.
"Saat itu sedang proses belajar mengajar. Namun, setelah terdengar suara letupan seperti suara pistol, anak yang sebelumnya tenang belajar, seketika berteriak histeris," ucap Arsyid, dilansir Kompas.com.
Baca juga: Polisi Tangkap 8 Warga Buntut Bentrokan Aparat vs Warga di Pulau Rempang
Setelah itu, para siswa dijemput orang tua mereka.
"Alhamdulillah, para orang tua spontan menjemput anak-anak mereka."