News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ibu dan Anak Tewas di Mobil

Pakar Minta Polisi Jangan Mudah Percaya Danu yang Ngaku Bunuh Ibu-Anak di Subang

Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Muhamad Ramdanu atau Danu dan Yosef Hidayah alias Yosep saat digiring Petugas ke Ruang Tahanan Polda usai ditetapkan menjadi tersangka kasus Pembunuhan Ibu dan anak di Jalancagak.

TRIBUNNEWS.COM - Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel meminta agar polisi tidak mudah percaya terhadap pengakuan dari Muhammad Ramdanu alias Danu yang merupakan keponakan sekaligus tersangka pembunuhan terhadap Tuti Suhartini (55) dan Amalia Mustika Ratu (23) di Subang yang selama dua tahun kasusnya terus diselidiki.

Reza menilai pengakuan dari Danu hanyalah demi meringankan hukuman jika divonis bersalah.

"Alhamdulillah, kalau pelaku mengakui perbuatannya. Bisa saja itu menjadi hal yang meringankan hukuman, sekiranya dia divonis bersalah," kata Reza dalam keterangan tertulis, Kamis (20/10/2023).

Hanya saja, menurut keilmuan psikologi forensik, pengakuan adalah hal paling potensial untuk penegakan hukum lantaran rentan akan distorsi dan fragmentasi.

"Tapi psifor sudah sampai pada simpulan bahwa barang yang paling potensial merusak proses penegakan hukum dan pengungkapan kebenaran adalah pengakuan. Pengakuan rentan mengalami distorsi dan fragmentasi," jelas Reza.

Baca juga: Drama Yosep dan Mimin yang Kini Jadi Tersangka Pembunuhan di Subang, Pernah Bersumpah Tak Terlibat

Dengan temuan ini, Reza mendesak agar polisi tetap memastikan apakah pengakuan Danu terkait kasus pembunuhan Tuti dan Amalia ini adalah benar atau salah.

"Jangan taken for granted bahwa yang bersangkutan sudah jujur sejujur-jujurnya," ujarnya.

Reza pun mencontohkan salah satu jenis pengakuan palsu adalah pengakuan yang dilakukan secara sukarela atau voluntary false confession.

Dia mengatakan pengakuan semacam ini hanya bertujuan untuk menutupi kesalahan pelaku lain.

"Yang bersangkutan perlu dikorek agar memberikan informasi yang berkualitas. Dari sisi psikologi forensik, dalam setting interograsi, informasi yang berkualitas harus lengkap dan akurat," ujarnya.

Lebih lanjut, Reza mengaku prihatin lantaran kemampuan polisi dalam mengungkap kasus pembunuhan justru mengalami penurunan secara global ketika di saat yang bersamaan teknologi investigasi semakin canggih.

Berkaca dari hal ini, Reza pun mempertanyakan kualitas investigasi polisi dalam kasus pembunuhan ibu-anak ini lantaran terungkap bukan karena hasil kerja kepolisian tetapi justru dari pengakuan pelaku.

"Bahkan terungkapnya kasus ini bukan dicapai oleh proses investigasi kepolisian, melainkan berkat 'kebaikan' pelaku," tuturnya.

"Jadi kita mau bilang apa? Pelaku memang cerdas, atau pada dasarnya kemampuan investigasi polisi yang perlu di-upgrade?" sambung Reza.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini