Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pj Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) yang juga selaku Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sumsel Tyas Fatoni mengunjungi kerajinan sulam benang emas ranau.
Lokasi pusat kerajinan tersebut berada di Lamban Gedung Jepara, Desa Jepara, Kecamatan Banding Agung, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Sumatera Selatan.
Baca juga: Kisah Sukses Klaster Usaha Binaan BRI, Kerajinan Rajut Berkah Jaya Tidu: Menginspirasi Kaum Wanita
Menurut Tyas Fatoni, kerajinan tangan ini harus terus dilestarikan sebagai bagian dari budaya lokal.
"Saya mengapresiasi para pengrajin kain sulam benang emas yang masih mau menekuni kerajinan ini. Perlu kita jaga kelestarian dan kearifan lokal ini agar tidak punah tergerus zaman," ucap Tyas Fatoni.
Dia juga berharap agar para pengrajin meneruskan tradisi membuat kain sulam benang emas kepada kaum muda saat ini.
Baca juga: Bantu Tingkatkan Ekonomi, Gelar Pelatihan Kerajinan Tangan ke Warga Rawa Buaya
"Lakukan regenerasi dan menularkan ilmu menyulam benang emas kepada kaum muda," kata dia.
Proses pembuatan kain sulam sendiri merupakan teknik menghias kain beludru dengan cara menempelkan benang emas dengan tusuk balut atau sulaman dengan jahit ikat benang warna merah pada permukaan kain berbentuk motif kayu hara. Nantinya akan memberikan kesan indah dan mewah.
Motif kayu hara memiliki keunikan dan menarik di mata konsumen karena dicampur dengan bermacam-macam bentuk motif lainnya.
Sulaman benang emas kayu hara diadaptasi dari filosofi legenda terbentuknya Danau Ranau yang dipercaya secara turun temurun asal-usul Danau Ranau berasal dari pohon ara raksasa (hara).
Kain sulam benang emas merupakan kerajinan khas suku Ranau yang menonjolkan sulam benang emas dan biasa diaplikasikan pada upacara pernikahan yang dipasang pada latar pelaminan (pedandanan) dan sebagai selendang pada pakaian adat pengantin Ranau.