Laporan Wartawan Tribunnews.com Hasiolan EP
TRIBUNNEWS.COM, PADANG - Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islam (PPMTI) Batang Kabung, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) menggelar seminar dan deklarasi kebangsaan tentang penguatan moderasi beragama di pesantren wilayah Sumbar, Minggu (27/11/2023).
Koordinator Jaringan Penggerak Moderasi Beragama (JPMB) Wilayah Sumbar, M Hafiz Al Habsy mengatakan, dalam deklarasi ini menyatakan sikap atau komitmen bagaimana menjunjung tinggi modrenisasi beragama.
Dia menggarisbawahi, sikap moderasi beragama ini bukan dalam artian meninggalkan nilai dan pelajaran Islam.
"Tetapi bagaimana menumbuhkan sikap toleransi antar-beragama yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah Sumbar yang identik Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah dan di sini kita juga melakukan kegiatan di pondok pesantren menyampaikan pesan bahwasanya kita juga siap untuk memberikan toleransi antaragama,” katanya, dikutip Minggu.
Baca juga: Majelis Masyayikh Resmi Luncurkan Dokumen Penjaminan Mutu Pesantren, Akan Jadi Acuan Induk Ponpes
Apa yang dihasilkan dalam seminar tersebut, kata M Hafiz, menghasilkan pesan yang baik dalam menghadapi tantangan di 2024 yang rentan akan isu populisme agama.
"Juga ada komitmen untuk melawan secara bersama paham ekstrimisme dan terorisme. Itu juga ada dalam poin deklarasi yang dilakukan. Dalam artian, agama bukan dijadikan untuk hal-hal yang negatif. Namun bagaimana paham kita agama Islam itu mengajarkan kerukunan,” ujarnya.
Sementara itu salah seorang tokoh agama Sumbar, Aulya Rivai mengaku deklarasi kebangsaan ini bertujuan untuk menjaga kebersamaan dan persatuan.
“Kebersamaan dan persatuan pada saat ini perlu diingatkan pada generasi penerus bangsa. Hal ini dikarenakan pengaruh lingkungan mendominasi pembentukan akhlak generasi bangsa,” ujarnya.
Menurutnya, pada zaman perjuangan dahulu, penerus bangsa berusaha memperjuangkan bangsa dan menciptakan kebersamaan dan persatuan. Sehingga, pada masa penjajahan tersebut, di Sumbar banyak tokoh-tokoh nasional yang lahir.
Kemudian adanya sosial media (sosmed) menyebabkan terjadinya perubahan akhlak yang begitu cepat pada masyarakat.
“Kita lihat sendiri, dengan sosial media, banyak yang terpengaruh. Dengan adanya kegiatan penguatan moderasi beragama di harapkan dapat memberikan penyadaran kepada masyarakat khususnya siswa pesantren tentang pembentukan jiwa nasionalisme,” ujarnya.