News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gadis Kretek, Eksisnya SKT dan Kontribusi bagi Perekonomian Nasional

Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Drajat Sugiri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Buruh mengerjakan pelintingan rokok Sigaret Kretek Tangan (SKT) di pabrik rokok Gajah Baru, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (5/2/2023). Pabrik rokok setempat memanfaatkan penyerapan tenaga kerja lokal untuk meningkatkan kesejahteraan warga setempat. Pemerintah Kabupaten Malang mendukung upaya pabrik melakukan penyerapan tenaga kerja lokal untuk membangkitkan ekonomi warga sekitar pasca pandemi Covid-19. SURYA/PURWANTO

Kisah lain datang dari Andini (21), pelinting di PT Agrig Amarga Jaya (AAJ) Salatiga, mitra produksi sigaret PT. HM Sampoerna Tbk.

Wanita berjilbab yang berasal dari Kuningan Jawa Barat itu menjadi korban PHK di perusahaan tempat ia bekerja sebelumnya.

Ia sempat bingung harus bekerja dimana lagi lantaran kala itu sedang masa pandemi, tak banyak perusahaan yang tak membuka lowongan kerja, sedang ijazah yang ia miliki hanya lulusan SMA.

Setelah mendapat informasi dari kerabatnya di Salatiga, ia meniatkan diri melamar dan bekerja sebagai buruh linting.

"Saya anak pertama dari tujuh bersaudara. Di pundak saya ada tanggung jawab dan tekad untuk bekerja, saya harus berjuang untuk itu," ungkap Andini saat ditemui Tribunnews pada Oktober 2022 silam.

Selain membiayai sekolah adik-adiknya, dari pabrik SKT itulah Andini bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi di Salatiga.

"Kalau jam kerja pendek tujuh jam pulang jam 2.  Jam 4 saya berangkat kuliah sampai pukul setengah 8 malam. Dengan pekerjaan ini saya bertahan hidup, menjadi tulang punggung keluarga, melanjutkan pendidikan," kata dia.

Andini (20) pekerja pabrik rokok di PT Agrig Amarga Jaya (AAJ) Salatiga yang berasal dari Kuningan. Andini merupakan korban terdampak PHK pada masa pandemi 2020. Ia kemudian bekerja menjadi di pabrik rokok di Salatiga. (Tribunnews.com/Arif Tio Buqi Abdulah)

Ada pula Amarul Marsiah (40) yang bekerja sebagai pelinting rokok sejak 2002, juga di PT AAJ.

Amarul merupakan difabel. Ia sempat pesimis bisa bekerja di pabrik dengan kondisinya itu.

“Saya pernah merasa pesimis dalam hidup karena saya difabel, tapi nasib membawa saya bisa bekerja di sini,” ungkapnya.

"Dulu diajak teman masuk sini. Saya betah karena saya merasa tidak dibeda-bedakan dari yang sempurna dan tidak sempurna, manajemen tidak mendiskrimasikan."

"Alhamdulillah, dari sini kebutuhan hidup keluarga saya bisa tercukupi meski suami saya kerjanya serabutan," tutur Asmarun.

Amarul menjadi bukti bahwa SKT dalam penyerapan tenaga kerjanya juga menerapkan inklusivitas pekerja.

Asosiasi Petani Tembakau Berharap RPP Kesehatan Dikaji Ulang

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini