News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pengungsi Rohingya

Nasib Pengungsi Rohingya Semakin Terkatung-katung: Ditolak Sana Sini, UNHCR Diberi Waktu Seminggu

Editor: Erik S
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengungsi Rohingya yang baru tiba menerima makanan yang disumbangkan oleh orang-orang di sebuah pantai di Laweueng, Kabupaten Pidie di provinsi Aceh, Indonesia pada 10 Desember 2023. Lebih dari 300 pengungsi Rohingya, kebanyakan perempuan dan anak-anak, terdampar di pantai barat Indonesia pada 10 Desember , karena pihak berwenang setempat membiarkan mereka dalam ketidakpastian tanpa kepastian mengenai tempat berlindung. (Photo by CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)

TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH –  Warga mengadang rombongan pengungsi Rohingya yang akan ditempatkan lokasi Bumi Perkemahan (Scout Camp) di Saree, Aceh Besar.

Diketahui, 137 pengungsi Rohingya masih terkatung-katung di Banda Aceh. Mereka mendarat di Pantai Blang Ulam, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar Minggu (10/12/2023) pagi.

Sudah dua kali para pengungsi Rohingya mendapat penolakan dari masyarakat.

Baca juga: Dugaan penyelundup manusia dalam gelombang pengungsi Rohingya di Aceh - Apa tindakan Indonesia?

Pengungsi yang didominasi anak-anak dan wanita itu diberikan waktu hingga sore hari segera dipindahkan.

Tidak mendapat titik temu, para pengungsi itu dengan menggunakan empat unit truk yang dibantu oleh relawan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) dan pengawalan aparat kepolisian, diantar ke Kantor Gubernur Aceh.

Mereka sempat beristirahat tepat di halaman Kantor Gubernur tersebut.

Imigran Rohingya itu diantar ke sana sekitar pukul 20.30 WIB.

Kemudian dari Kantor Gubernur mendapat titik temu bahwa para pengungsi itu dipindahkan ke lokasi Bumi Perkemahan (Scout Camp) di Saree, Aceh Besar.

Dengan harapan para pengungsi itu dapat segera beristirahat di sana.

Tapi, ketika tiba di Scout Camp Saree, para pengungsi itu sudah ditunggu oleh masyarakat yang sudah bersiap melakukan penolakan.

Bahkan, tidak sedikit kendaraan roda dua yang melakukan pengadangan.

Mereka tersulut emosi mendesak agar pengungsi tersebut tidak ditempatkan di Saree.

Puluhan sepeda motor menghadang mobil yang mengangkut para pengungsi tersebut.

Suara klakson motor memecah keheningan malam yang sudah masuk dini hari itu.

Baca juga: Pengungsi Rohingya di Aceh Sudah Lebih dari 1.500 Orang, Wapres Usul Pulau Galang Tampung Mereka

“Balik-balik, jangan antar ke sini,” ucap warga.

Mereka dihadang dan ditutup dengan mobil warga. 

Guna mengantisipasi timbulnya bentrok dari warga dan menghindari terjadi perusakan fasilitas, kemudian para pengungsi tersebut kembali diantar ke Kantor Gubernur Aceh, sekira pukul 02.00 WIB.

“Kita nggak tau lagi mau taruh mereka ke mana. Karena ini Kantor Gubernur makanya diletakkan di sini. Tempat lain karena warga menolak,” kata Relawan RAPI Kota Banda Aceh, Yan Fahrulrazi saat ditanyai Serambinews.com, Senin (11/12/2023).

Dia mengatakan, para relawan sudah berjibaku melakukan bantuan kemanusiaan sejak Minggu kemarin.

Para pengungsi saat dini hari itu, sempat beristirahat di depan gerbang Kantor Gubernur Aceh, yang kemudian ketika fajar menyingsing, mereka dipindahkan ke samping kantor tersebut.

Kedatangan pengungsi tersebut yang ditempatkan di depan Kantor Gubernur menjadi pusat perhatian masyarakat yang melintas.

Baca juga: Akal Pengungsi Rohingya Agar Bisa Mendarat Setelah Diusir Warga: Matikan Lampu Kapal

Kata Fahrul, mereka juga melakukan penggalangan dana dari masyarakat yang mampir melihat keadaan pengungsi tersebut. 

Uang itu nantinya digunakan untuk membeli bahan makanan bagi para pengungsi.

Meski begitu. ia juga menyayangkan sikap UNHCR yang hingga kini masih belum terlihat di lokasi.

Pasalnya, mereka hanya bisa melakukan pertolongan berupa mengakomodir bantuan makanan saja.

Namun, untuk penempatan Rohingya tersebut. sepenuhnya kewenangan UNHCR dan Pemprov Aceh.

“Pihak dari UNHCR masih belum tahu ke mana. Kita masih menunggu prosesnya. Ini masih simpang siur, tidak tahu mau diletakkan ke mana,” pungkasnya.

Sejak 14 November, jumlah kedatangan pengungsi Rohingya terus melonjak.

Tercatat, sekitar 1.200 orang lebih pengungsi Rohingya tiba di Aceh.

Mereka mendarat di beberapa titik, seperti Pidie, Bireuen, Aceh Timur, Sabang, dan terakhir Aceh Besar.

Kini para pengungsi yang sebelumnya ditempatkan di depan Kantor Gubernur Aceh, sudah dipindahkan ke UPTD Rumoh Sejahtera, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, Senin (11/12/2023).

UNHCR diberi waktu seminggu

Setelah dua jam menunggu di Taman Ratu Safiatuddin atau tepatnya di lokasi permainan skateboard, kini para pengungsi tersebut dipindahkan ke UPTD Rumoh Sejahtera, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, Senin (11/12/2023).

Baca juga: Dalam 2 Minggu Terakhir, 30 Pengungsi Rohingya Melarikan Diri dari Kamp Pengungsian Blang Mangat

Mereka diangkut menggunakan tiga unit truk milik Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul (Satpol PP dan WH) Aceh. Pemindahan para pengungsi tersebut usai dilakukan rapat yang dipimpin oleh Asisten I Pemerintah Aceh.

Kabid Trantikum Satpol PP dan WH Aceh, Azman mengatakan, para pengungsi itu kini dipindahkan ke UPTD Rumoh Seujahtera Ladong, Aceh Besar setelah dua kali mendapat penolakan dari warga.

Penempatan itu dilakukan hanya satu minggu saja sembari menunggu solusi dari UNHCR.

“Batas waktu yang diberikan oleh pemerintah hanya seminggu saja di UPTD itu. Setelahnya kita menunggu hasil solusi dari pihak UNHCR,” ujar Azman.

Sementara itu, Zainun, salah seorang warga mengaku kesal dengan kehadiran pengungsi asal Myanmar tersebut.

Ia meminta agar mereka segera dikembalikan ke tempat asalnya.

Pasalnya, menurut dia, saat ini rakyat Aceh masih ada yang hidup dengan ekonomi rendah.

Sehingga, menurut dia, jika hari ini diterima, akan kembali datang puluhan kapal lagi ke Aceh.

Terancam di Kamp Bangladesh

Muhammad Along, seorang pengungsi Rohingya yang bisa berbahasa Melayu mengaku, mereka membayar 20 ribu Saka (mata uang Bangladesh), agar bisa keluar dari kamp pengungsian Kutu Palong, Cox’s Bazar, Bangladesh.

Mereka menempuh waktu selama satu bulan di lautan hingga bisa mendarat ke Aceh.

Ia bersama dua anak yang masih berumur sekitar tiga tahun itu terluntang-lantung di lautan.

Tidak ada tujuan khusus mereka ingin kemana.

Terpenting, kata dia, mereka bisa keluar dari kamp pengungsian di Bangladesh.

“Kami di sana susah. Kalau keluar ditembak oleh pihak keamanan Bangladesh. Kalau saya yang penting bisa keluar, baik itu Indonesia, Malaysia, maupun Thailand,” katanya.

Dia mengatakan, tiap malam saat di kamp mereka tidak bisa tidur. Mereka tidak merasa aman.

Pasalnya, tiap malam terjadi sweeping oleh aparat setempat masuk ke kamp mereka.

Bahkan, hampir setiap malam terjadi penembakan terhadap etnis Rohingya.

“Disana tidak ada aman, rumah dibakar, kami laki-laki tiap malam harus berjaga. Polisi masuk bawa tempat,” ujarnya.

Tiap malamnya, dua hingga tiga orang meninggal dunia akibat terkena tembakan.

Mereka masuk ke dalam kamp menggunakan senjata api.(*)

Penulis: Indra Wijaya

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Balada Imigran Rohingya, Lari dari Kamp Bangladesh Ditolak Sana-sini di Aceh, Kini Tunggu Penempatan

dan

Imigran Rohingya Ditempatkan di UPTD Rumoh Seujahtera Ladong, Pemerintah Beri UNHCR Waktu 1 Minggu

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini