Ia berharap Presiden Jokowi mendengar aspirasi yang disampaikan mahasiswa.
"Kami meminta kepada Bapak Jokowi untuk membuka ruang seluas-luasnya kepada kaum milenial yang punya potensi dan mengabdikan dirinya, apalagi kaum milenial yang kita usul ini adalah kaum milenial yang punya rekam jejak yang cukup jelas," ucapnya.
Fahrul yang adalah mantan Ketua Umum DPP Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia telah membina dan memberdayakan ribuan narapidana di berbagai lapas di Tanah Air lewat pelatihan dan pekerjaan.
Kiprah pria asal Bone, Sulawesi Selatan, membangun industri garmen di lapas merupakan yang pertama di dunia.
Selain di Makassar, ia juga mendirikan usahanya di Bali, Semarang, Solo, Madiun, dan Jawa Barat.
Menanggapi dukungan tersebut, Fahrul berterima kasih atas dukungan yang diberikan mahasiswa.
Ia menekankan bahwa pemilihan pembantu presiden merupakan hak prerogatif kepala negara.
"Bapak Presiden tentunya mempunyai hak prerogatif, penilaian sendiri siapa yang bisa ikut bersama dengan kabinet beliau, namun tentunya ini harapan besar teman-teman milenial, forum BEM se-DIY bagaimana kemudian mereka melihat succes story kita dalam membangun industri di dalam lapas," ujarnya.
Dirinya melihat dukungan tersebut murni disuarakan oleh akar rumput.
BEM mengambil inisiatif untuk menggelar sharing session dan mendengar gagasan dari dirinya secara langsung.