Laporan Wartawan Tribun Padang Fajar Alfaridho Herman
TRIBUNNEWS.COM, AGAM - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 71.Lap/GL.03/BGV/2024 menaikkan Status Gunung Marapi Sumatera Barat naik level dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga).
"Benar, status Gunung Marapi berubah dari waspada menjadi siaga," kata Kepala Pos PGA Bukittinggi, Teguh Purnomo, Selasa (9/1/2024).
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Hendra Gunawan melalui keterangan tertulisnya mengatakan, berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh maka tingkat aktivitas Gunung Marapi dinaikkan dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga) terhitung dari tanggal 9 Januari 2024 pukul 18:00 WIB, dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi atau ancaman bahaya terkini.
Pascaerupsi Desember 2023 lalu, erupsi lanjutan masih berlangsung hingga saat ini.
Jumlah erupsi harian cenderung menurun namun sebaliknya jumlah gempa Low Frequency dan Vulkanik Dalam (VA) cenderung meningkat yang mengindikasikan pasokan magma dari kedalaman masih terjadi dan cenderung meningkat.
Hal ini juga terlihat dari grafik baseline RSAM yang masih di atas normal dan data tiltmeter yang cenderung mendatar.
Baca juga: Gunung Marapi Sumatera Barat Erupsi Dini Hari Tadi
Adanya aktivitas erupsi yang teramati secara visual dan masih terekamnya gempa erupsi dan gempa hembusan yang disertai dengan tremor menerus menunjukkan aktivitas Gunung Marapi masih tergolong tinggi.
Data dari satelit Sentinel juga menunjukkan bahwa laju emisi (fluks) gas SOz yang dihasilkan dari aktivitas Gunung Marapi saat ini tergolong tinggi.
Kehadiran magma di dalam atau dasar kawah yang terindikasi sejak teramatinya pancaran sinar api di puncak Gunung Marapi pada 6 Desember 2023 malam hari dan teramatinya lontaran material pijar pada erupsi-erupsi berikutnya menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan tipe erupsi atau letusan dari tipe freatik menjadi magmatik.
Kondisi tersebut dapat berpotensi menyebabkan terjadinya akumulasi tekanan di dalam tubuh gunung api yang dapat menyebabkan terjadinya erupsi dengan energi yang meningkat dan jangkauan lontaran material pijar yang lebih jauh dari pusat erupsi sehingga potensi atau ancaman bahaya Gunung Marapi juga dapat menjadi lebih luas.
Jika pasokan magma dari kedalaman terus berlangsung dan cenderung meningkat maka erupsi dapat terjadi dengan energi yang lebih besar dengan potensi atau ancaman bahaya dari lontaran material vulkanik berukuran batu (bom), lapili, atau pasir diperkirakan dapat menjangkau wilayah radius 4,5 Km dari pusat erupsi atau Kawah Verbeek.
Sedangkan untuk potensi atay ancaman dari abu erupsi dapat menyebar lebih luas atau jauh yang tergantung pada arah dan kecepatan angin.
Material erupsi yang jatuh dan terendapkan di bagian puncak dan lereng Gunung Marapi dapat menjadi lahar saat bercampur dengan air hujan.