Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina Foundation bersama platform pendanaan benihbaik.com akan membangun sekolah adat Lamalera yang disebut Ruang Kolaborasi di Desa Lamalera, kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Rencana itu disampaikan langsung oleh Direktur Operasi Pertamina Foundation Yulius S Bulo dan Founder benihaik.com Andy Flores Noya di hadapan ketua lembaga adat, pastor paroki, dan masyarakat di Desa Lamalera pada Kamis lalu.
Bulo mengatakan, tujuan kedatangannya ke Lamalera bukan hanya membangun bangunan fisik, tetapi juga memberdayakan masyarakatnya.
“Hal yang kami lakukan di Lamalera ini bukanlah sekadar bangunan fisik tetapi membangun manusianya. Maka, sebelum bangunannya selesai dibangun, kami membuat modul panduan sekolah adat dan pelatihan kerajinan tenun untuk membentuk ekonomi alternatif masyarakat.
Kemudian, ketika bangunannya sudah terbentuk, semua orang Lamalera akan kumpul berbagi pendapat, berbagi ide membahas bagaimana mewujudkan kehidupan yang lebih baik, belajar lebih mendalam tentang adat, dan hidup berdampingan dengan alam,” ujar Bulo dalam keterangannya, Senin (22/1/2024).
Tujuan dari pembangunan Ruang Kolaborasi ini adalah untuk meningkatkan pariwisata di Lamalera dan masyarakat bisa menerapkan keberlanjutan melalui penggunaan Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
Baca juga: Dukung Komitmen NZE dan Kelestarian Laut Indonesia, PIS Jalin Kolaborasi dengan Pertamina Foundation
Untuk mencapai tujuan tersebut, diterbitkan tujuh modul panduan sekolah adat Lamalera yang disusun oleh Lembaga Pengembangan Masyarakat Lembata (BARAKAT) bersama Dinas Pendidikan Lembata.
Modul tersebut berisi kondisi geografis, sejarah, tradisi, budaya, kuliner, hingga sastra Levo Lamalera.
Selain itu, terdapat juga materi pengenalan energi baru dan terbarukan dengan memanfaatkan potensi alam sekitar.
Ruang Kolaborasi akan diluncurkan dengan sasaran sekolah tingkat SMP sebagai sasaran pertama, kemudian masuk ke tingkat SD dan SMA. Para guru kurikulum akan melatih guru-guru muatan lokal (mulok) tiap sekolah agar bisa memfasilitasi Ruang Kolaborasi. Kemudian, guru kurikulum akan tetap mendampingi guru mulok seminggu sekali untuk memastikan apakah berjalan sesuai dengan kurikulum atau tidak.
Selain Ruang Kolaborasi, terdapat pemberdayaan masyarakat lewat pelatihan olahan sisa-sisa kain tenun menjadi produk bernilai ekonomis tinggi. Di antaranya menjadi tas, topi, sandal, dompet, jepit rambut, manik-manik, dan kalung. Dan ke depan, mereka akan dilatih terkait pemasaran dan kemasan produk sehingga meningkatkan daya tarik.
menyampaikan, kolaborasi menjadi kunci untuk pengembangan potensi Lamalera. Apalagi dengan adanya keterbukaan dari masyarakat setempat untuk menerima ajakan kolaborasi tersebut.
“Nantinya, ketika program menunjukkan keberhasilan dan dampak positif bagi masyarakat, saya yakin banyak pihak tertarik untuk menjadi bagian dari program pemberdayaan tersebut. Dengan adanya bantuan dan kolaborasi, saya yakin dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat,” ungkap Andy.
Pembangunan sekolah adat melalui Ruang Kolaborasi diterima oleh Ketua Lembaga Adat Lamalera Gaspas Dile dan Pastor Paroki St Petrus Paulus Lamalera Arnoldus Guna Koten, PR.
“Kami secara lembaga Levo Lamalera menerima semua rancangan program Ruang Kolaborasi yang berhubungan dengan pembentukan karakter generasi berikutnya yang erat dengan nilai-nilai budaya dan adat Lamalera. Kami mendukung proses ke depannya yang terpenting sesuai dengan niat, kejujuran, dan ketulusan untuk membangun Lamalera,” ungkap Bapak Gaspas.
“Pohon baik menghasilkan buah baik, pohon jahat menghasilkan buah buruk. Kami menerima niat dan upaya yang dibawa oleh Pertamina dan BenihBaik.com lewat Ruang Kolaborasi. Sebab, ini dibutuhkan agar cerita tentang Lamalera tidak boleh tutup, tidak hanya menjadi cerita masa lalu,” tutup Romo Noldy.