Lagi-lagi, kurangnya sisi literasi membuat jembatan yang berusia satu abad lebih ini tidak begitu diperhatikan.
“BCB itu harus memiliki kategori. Salah satunya yang bisa dikategorikan memberikan edukasi kepada masyarakat,” tambahnya.
Taufik pun mengusulkan, agar jembatan ini dari sisi historisnya tidak hilang, masyarakat setempat harus kompak untuk menyebutkan jembatan ini sebagai warisan budaya
Sama seperti tugu pantau yang ada di wilayah Semplak Bogor Barat.
“Kalau semua benda peninggalan belanda dikategorikan BCB, mungkin di Kota Bogor ada ratusan yang disebutkan seperti itu. Tapi, warga pun sebetulnya bisa mendorong penyebutan bahwa itu adalah warisan peninggalan budaya,” sebut Taufik.
Keberadaan jembatan ini lanjut diakui Cecep sebagai Ketua RW sangat penting bagi para petani.
Bahkan ketika terjadi longsor pada 4 Februari lalu beberapa pemilik tambak ikan, sawah dan perkebunan datang ke Gang Makam untuk melihat kondisi air karena air tak mengalir.
“Jadi ini airnya terus mengalir sampai ke Kabupaten Bogor. Makanya dua hari paska longsor itu pertanian dan perikanan datang kesini, dikiranya ditutup padahal kan seperti ini memang longsor,” ujarnya.
Artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Temuan Baru Usai Longsor Cidepit, Muncul Jembatan Kecil Khas Belanda, Tim Ahli Cagar Budaya Bergerak