TRIBUNNEWS.COM- Sebuah video pembakaran kantor Perlindungan dan Pelestarian Alam (PPA) Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Lampung Barat Senin (11/3/2024) viral di media sosial.
Dalam video yang diunggah di akun Instagram @memomedsos, Selasa (12/3/2024) lalu memperlihatkan ratusan warga berkumpul di depan kantor TNBBS.
Tak hanya membakar, warga juga terlihat merusak bangunan tersebut.
Berdasarkan keterangan di unggahan, warga melakukan hal tersebut buntut adanya dua petani yang meninggal dunia usai diterkam harimau.
“Aksi pembakaran dikarenakan warga kecewa konflik harimau dengan masyarakat tak kunjung selesai,” tulis keterangan di unggahan.
Pembina Satgas Lembah Suoh dan BNS Lampung Barat, Sugeng Hari Kinaryo Adi mengatakan korban yang diterkam harimau itu sempat melakukan perlawanan.
“Iya benar, tadi korban bersama rekannya sedang beraktivitas di kebun dan tiba-tiba diserang harimau di daerah Cibitung Pekon Sukamarga,” ujarnya, Senin (11/3/2024), dikutip dari TribunLampung.co.id.
“Korban selamat. Menurut kesaksian rekannya, korban Samanan langsung melawan dan mengejar ketika diserang, lantas harimau itu lari,” sambungnya.
Korban yang diketahui bernama Samanan ini pun mengalami luka robek di bagian kepala sepanjang 30 cm diduga karena kuku harimau.
Usai kejadian, korban langsung dilarikan ke Puskesmas setempat agar mendapat penanganan medis.
Meski begitu, serangan Harimau ini sudah menewaskan dua warga Suoh dan BNS.
Baca juga: Kondisi Warga Lampung Barat yang Diserang Harimau, Kepala Robek 30 CM Akibat Cakaran Harimau
Hal ini lah yang membuat warga Suoh dan BNS geram dengan satwa tersebut.
Dikatakan Sugeng, pembakaran itu terjadi saat Sugeng Hari berniat ingin menjenguk Samanan.
“Saat saya ingin menjenguk korban Samanan, dari mata kepala saya sendiri saya melihat ada banyak massa di kantor itu,” ucapnya.
“Mereka merusak beberapa fasilitas milik resort karena jenuh sampai saat ini harimau belum juga tertangkap,” sambungnya.
Menurutnya, ada beberepa provokator yang mempengaruhi warga untuk berbuat anarkis hingga timbul kericuhan.
Meski begitu, ia telah berupaya untuk melakukan penangkapan terhadap harimau, namun belum membuahkan hasil.
Ia mengatakan, dirinya sudah menyampaikan pesan ke pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) maupun TNBBS terkait masalah yang menyangkut nyawa manusia ini.
Menurutnya, masalah ini menimbulkan pro kontra antara masyarakat dan tim yang berupaya menangkap harimau itu.
Sebab, diketahui harimau tak boleh dibunuh dan harus ditangkap hidup-hidup.
Atas kejadian tersebut, ia mengaku tak bisa banyak berbuat.
“Saya juga saat ini sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Karena wewenang bukan hanya TNBBS tapi juga wewenang BKSDA,” pungkasnya.
Masyarakat Sekitar Mengaku Resah
Salah satu warga Suoh bernama Fahru mengatakan masyarakat sekitar mulai resah karena konflik harimau dan manusia tak kunjung usai.
Sebab, hal ini membuat takut masyarakat sekitar terutama petani yang akan pergi ke kebun.
“Ini menjadi problem masyarakat terutama petani. Karena di samping sudah menimbulkan korban, kami petani kopi juga sebentar lagi akan panen,” ujar Fahru.
“Kami takut ketika ingin pergi ke kebun. Dan sampai saat ini tindakannya belum ada yang membuahkan hasil sampai,” sambungnya.
Selain membakar dan meratakan kantor TNBBS, masyarakat sekitar juga menuntut agar harimau tersebut ditangkap secapatnya.
Fahru menyebut masyarakat memberi waktu lima hari kepada TNBBS untuk memenuhi tuntutan itu.
Jika tak dipenuhi, warga pun akan bertindak.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunLampung.co.id dengan judul Warga Ungkap Pemicu Massa Bakar Kantor TNBBS Lampung Barat
(Tribunnews.com/Linda) (TribunLampung.co.id/Bobby Zoel Saputra)