TRIBUNNEWS.COM - Puluhan murid tampak melakukan aksi protes hingga menangis lantaran tidak mau dipindahkan ke sekolah lain.
Peristiwa ini terjadi di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Widoro, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo pada Kamis (25/7/2024).
Puluhan siswa dari kelas 1 sampai 6 itu menangis di pelukan sang guru setelah mengetahui kedatangan perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikdaya) Kabupaten Probolinggo.
Pihak Disdikaya datang ke SDN Widoro untuk mengadakan musyawarah dengan wali murid terkait rencana merger.
Bahkan, sebelum pihak Disdikdaya datang, puluhan siswa berseragam batik itu berkumpul layaknya pendemo sambil membentangkan kertas yang bertulis kalimat protes.
Sebagai informasi, para siswa-siswi di SDN Widoro rencananya bakal dimerger atau penggabungan kegiatan belajar mengajar dengan sekolah terdekat, yakni SDN Gebangan, Kecamatan Krejengan.
Hal tersebut dilakukan, lantaran tidak terpenuhinya kuota minimal untuk melangsungkan kegiatan belajar mengajar (KBM) di SDN Widoro.
Sebab, pada tahun ajaran baru 2024, ada 48 siswa aktif meski pihak sekolah melakukan sistem multigrade.
Chusnul Chotimah, siswi kelas 5 SDN Widoro mengaku enggan dipindahkan lantaran sudah merasa nyaman di sekolahan tersebut.
Pasalnya, jarak rumahnya terbilang dekat sehingga Chusnul menolak rencana merger itu,
"Sedih, karena rumah saya dekat sekolah, jadi nggak mau dipindah. Apalagi sudah sejak kelas 1 sampai sekarang belajarnya di sini," ujar Chusnul pada Kamis (25/7/2024), dikutip TribunJatimTimur.com.
Baca juga: Kemendikbudristek: Angka Siswa Putus Sekolah di Jenjang SD 55.300 Orang
Tak hanya siswa, Inayah selaku wali murid SDN Widoro juga keberatan dengan adanya rencana merger di sekolah anaknya.
Menurut Inayah, pemindahan tempat belajar siswa SDN Widoro ini berpotensi mengganggu mental anak lantaran harus mengalami adaptasi lagi.
Selain itu, dia juga mempermasalahkan terkait jarak tempuh siswa ke sekolah baru yang dirasa menghambat.
"Kami pihak orang tua tetap memohon, agar tempat sekolah siswa tidak dipindahkan. Karena kami khawatir mengganggu mental anak-anak kami. Belum lagi saat kita ada kerjaan lainnya, jadi kasihan kalau berangkat sendiri," pinta Inayah.
Kata Kepsek SDN Widoro
Merespons penolakan tersebut, Kepala SDN Widoro, Syaiful Anshori menyampaikan, alasan pihaknya melakukan merger itu sudah dengan berbagai pertimbangan yang matang dan kebaikan pendidikan.
Satu di antaranya, alasan efisiensi anggaran karena jumlah murid tidak mencapai 60 siswa.
"Beberapa alasan di antaranya demi efisiensi anggaran, jumlah murid yang tidak mencapai 60 siswa-siswi, serta memenuhi kekurangan guru di Kecamatan Krejengan," ujar Syaiful.
"Sebenarnya di sini, kita sudah multigrade, yakni menggabungkan kelas 1 dan 2, 3 dan 4, kemudian 5 dan 6. Untuk tenaganya juga lengkap, ada tiga guru kelas, ditambah guru olah raga, agama, penjaga, operator, dan saya kepala sekolah," pungkasnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim-Timur.com dengan judul Saat Puluhan Siswa-siswi SD di Probolinggo Merajuk untuk Tidak Dimerger
(Tribunnews.com/Isti Prasetya, TribunJatim-Timur.com/Ahsan Faradisi)