TRIBUNNEWS.COM - Kepala Dinas Pariwisata (Dinpar) Kota Surakarta, Aryo Widyandoko menceritakan awal mula munculnya berbagai macam event di Kota Bengawan, Rabu (31/7/2024).
Hal ini disampaikan Aryo saat menjadi narasumber dalam acara Bincang Bareng Tribun Solo di Gedung Tribun Solo, Klodran, Karanganyar, Jawa Tengah.
Aryo mengaku, awal mula kehadiran ragam event tersebut, berawal dari 'keputusasaan'.
"Timbulnya (ragam event) karena keputusasaan," ungkap Aryo.
Hal tersebut dikarenakan pandangan masyarakat luar tentang kota Surakarta yang hanya fokus pada tiga destinasi wisata.
"15 tahun yang lalu pikiran orang luar kalau datang ke Solo apa? Pertama Keraton, Kedua Mangkunegaran, Ketiga (Pasar) Klewer," papar Aryo, Rabu.
Namun, menurutnya ketiga destinasi tersebut tidak cukup untuk mendongkrak perekonomian Surakarta di sektor pariwisata.
"Karena kekuatan Solo ada di manusianya, makanya kita bikin event," ujar Aryo.
Aryo menjelaskan, masyarakat Solo unggul dari segi intelektual, keterampilan, dan budayanya.
Dinpar Surakarta merencanakan event untuk jangka waktu satu tahun dalam 'Calender of Cultural Event.'
"Jadi kalo di Solo kalender eventnya bukan kalender event biasa, tapi 'Calender of Cultural Event'," kata Aryo.
Baca juga: Kisah Pembatik Desa Girilayu, Matesih, Sang Penggores Malam Sejak Awal Praja Mangkunegaran Solo
Kalender tersebut, mulai di rancang pada tahun 2008 dan mulai aktif dijalankan pada tahun 2009.
Menurutnya, 'Calender of Culutural Event' ini masih aktif dijalankan hingga saat ini.
Pengadaan kalender itu, berhasil membuat Solo mendapatkan penghargaan di tahun 2010.
"2010 kita dapet (penghargaan) destinasi wisata terbaik nasional," jelas Aryo.
(mg/Putri Amalia Dwi Pitasari)
Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS).