TRIBUNNEWS.COM – Kisah menyayat hati seperti film ‘Ipar Adalah Maut’ dialami oleh seorang nenek asal Jombang, Jawa Timur.
Mbah Rupiah (80) itulah nama sapaan akrabnya. Ia bertempat tinggal di Nunukan, Kalimantan Utara.
Bernasib malang, lantaran hidup terlantar, tanpa keluarga, dan anak hingga hidup sebatang kara.
Berikut kisah lengkap Mbah Rupiah yang perjalan hidupnya mirip film Ipar Adalah Maut dirangkum Tribunnews.com.com, Rabu (31/7/2024):
1. Mbah Rupiah Korban Cinta Segitiga
Mbah Rupiah adalah satu di antara banyak contoh seorang nenek yang hidup terlantar menjelang usia tua.
Hidup seorang nenek asal Jombang, Jawa Timur bernama Rupiah ternyata cukup miris.
"Saya dari Desa Ngoro, Kecamatan Mbareng, Jombang," ujarnya, dikutip dari Kompas.com, Rabu (31/7/2024).
Mbah Rupiah pernah disakiti oleh adik kandung dan suaminya sendiri.
Ia menjadi korban cinta segitiga, antara dirinya, suami, dan adik kandungnya.
Kisah nyata ini mirip plot film viral ‘Ipar Adalah Maut’, dan menyita perhatian.
Ia menceritakan dulunya mengalami kehidupan yang sangat pahit.
Kehidupan pahit itu tidak berangsur membaik.
2. Pergoki Suami dan Adik Kandung di Penginapan
Rupiah menjelaskan, suaminya diketahui menjalin hubungan dengan terlarang dengan adik kandungnya.
Ia tidak menjelaskan siapa nama adik kandungnya tersebut.
Keduanya dipergoki oleh Rupiah saat bermalam di salah satu penginapan di Jombang, Jawa Timur.
Saat itu, Rupiah merasa marah karena hubungan rumah tangganya diganggu, namun suaminya lebih memilih adik kandungnya.
"Begitu saya ketahui hubungan suami istri saya diganggu, saya marah, tapi suami saya malah ngasih saya surat pegat (cerai). Saya dipegat dan suami milih adik saya," imbuh Rupiah.
Baca juga: Oknum Anggota Polsek Cakung Dilaporkan ke Propam Usai 2 Kali Kepergok Selingkuh
3. Merantau Usai Cerai
Mbah Rupiah mengaku sudah pergi merantau sejak usia muda, usai diceraikan oleh almarhum suaminya.
Ia tidak ingat persis semua kisah hidupnya, mengingat usia yang telah senja.
Namun, bagian cerita yang paling ia ingat dengan sangat jelas karena membuat hatinya sakit dan cukup membekas adalah cerita asmara.
Usai cerai dengan sang suami, Rupiah memutuskan untuk pergi dari Jombang dan merantau ke Kalimantan.
Upaya itu dilakukan Rupiah untuk mencoba menghapus luka yang diakibatkan orang-orang terdekatnya.
Kemudian Rupiah bekerja di sejumlah perusahaan di Kalimantan Utara sebagai tukang masak, sebelum akhirnya terlantar di Nunukan.
4. Mantan Suami Meninggal Dunia, Harta Raib oleh Istri Baru
Dilansir TribunJatim.com, tidak berselang lama, sekitar enam bulan dari cerita perceraiannya, mantan suami Rupiah menghembuskan napas terakhirnya karena sakit dan merasa bersalah dengan Rupiah.
Ia menjelaskan semua harta dijual oleh adiknya.
"Rumah di Ngoro Jombang, tanah dan semua harta mantan suami, diambil semua. Didol (dijual) semua oleh adik saya itu. Terus dia pindah ke Lampung. Jadi saya ini di Ngoro, Mbareng, tidak punya apa-apa," lanjut Rupiah.
Namun, Rupiah tidak terlalu memikirkan harta tersebut, ia hanya menyesalkan tidak tahu dimana para saudaranya berada.
Rupiah mengaku ia adalah anak kedua dari tujuh bersaudara.
Ia hanya ingat keberadaan adik kandung yang telah menyakiti hati dan perasaannya, yaitu di Lampung.
Sementara saudara yang lain, ia tidak tahu di mana keberadaanya.
"Ya wis (suah) tidak ingat lagi semua. Sudah nganu, kelalen (lupa). Kalau ke Jombang saya tidak ada yang dituju. Mungkin saja saudara saya sudah meninggal semua. Saya tidak tahu," ujarnya.
Baca juga: Kisah Persahabatan 2 Pria Berakhir Usai Tebak-tebakan Ayam atau Telur Duluan, KM Tewas di Tangan D
5. Hidup Menumpang di Perbatasan RI-Malaysia
Mbah Rupiah hidup sebatang kara di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Kabupaten ini merupakan wilayah paling utara dari provinsi Kalimatan Utara.
Tidak ada yang tahu persis, bagaimana cerita lengkap Mbah Rupiah bisa berada di perbatasan RI-Malaysia ini.
Sudah lebih dari lima bulan, ia ditampung di rumah Ketua Paguyuban Keluarga Jawa (Pakuwaja), Purnomo Putro, di Sei Bilal, Nunukan.
Purnomo menceritakan, ia menampung Mbah Rupiah setelah dihubungi oleh warga lantaran ada lansia dari Pulau Jawa yang terlantar di Nunukan.
Ia mempersilakan untuk dibawa ke rumahnya untuk ditampung sementara, sembari menunggu tindak lanjut laporannya ke Dinas Sosial Nunukan.
6. Sempat Tak Bisa Jalan hingga Buang Air Sembarangan
Ketika dibawa oleh Purnomo ke rumahnya, Rupiah sempat tidak bisa jalan karena habis jatuh.
"Waktu dibawa ke rumah, nenek Rupiah tidak bisa jalan karena habis jatuh. Jalannya ngesot. Saya panggilkan tukang urut, dua kali diurut. Alhamdulillah, sudah bisa jalan," ujar Purnomo, dikutip dari TribunJabar.id.
Bahkan ketika kakinya sembuh, ia bisa berjalan bolak balik keluar masuk rumah, puluhan kali.
Purnomo mengatakan jika datang pikunnya, anak-anaknya suka dibentak.
Apalagi kalau tidak nurut bisa dipukul sapu atau benda tumpul lainnya.
Namun, hal tersebut dimaklumi oleh Purnomo karena Rupiah adalah orang tua.
Selain itu, tak jarang Rupiah buang air sembarangan dan air seninya tercecer di beberapa ruangan dalam rumah.
Kotorannya di closet juga tidak dibersihkan.
Baca juga: Kisah Pilu di Deli Serdang: Tewasnya Satu Keluarga dalam Tabrakan Kereta Api vs Mobil
7. Keluhan Purnomo soal Mbah Rupiah
Purnomo mempunyai usaha menjahit yang terletak di rumahnya sendiri.
Sementara itu, Mbah Rupiah tidak jarang buang air sembarangan hingga bercecer di beberapa ruangan dalam rumah.
Kondisi tersebut menjadi keluhan tersendiri.
Apalagi saat pesanan banyak dan badan lelah, mereka masih harus membersihkan kotoran Mbah Rupiah.
Di sisi lain, Dinas Sosial Nunukan tidak melakukan tindakan.
Ia membantu Mbah Rupiah sebagai tanggung jawab karena sesama warga Jawa.
Purnomo memaparkan, jalan satu satunya soal kasus Mbah Rupiah adalah dikirim ke Panti Jompo, mengingat ia tidak punya keluarga.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Adik Kandung Rebut Suaminya, Mbah Rupiah Hidup Telantar hingga Tak Bisa Bersihkan Kotoran Sendiri
(mg/alinda tyas praftina)
Penulis merupakan peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS).