Laporan Safira Amalia Salsabila dari Jakarta
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Siang itu, matahari cukup menyengat menyinari sepanjang Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat.
Namun, seperti tidak memedulikan panasnya matahari, sejumlah pria terus mencoba menjajakan jasa cat duco ke para pengendara yang melintas di depannya.
Keberadaan para tukang cat duco dapat dikenali dari plang “Cat Duco Mobil Motor” yang terikat di tiang sepanjang di Jalan Kramat itu.
Tak hanya itu, mereka juga tampak melambai-lambaikan tangan guna menarik calon pelanggan yang melintas dengan mobil maupun sepeda motor.
Tukang cat duco itu tak bekerja sendirian.
Mereka bekerja secara berkelompok, sehingga keuntungan yang mereka dapat juga harus dibagi rata.
“Bekerjanya empat orang. Ada yang di dalam gang mengerjakan pengecatan. Sekarang masih proses pencarian pelanggan. Kalau dapat pelanggan nanti saya ikut masuk. Kan saya yang ngecat,” ungkap Nasir, saat seorang tukang cat duco yang ditemui sedang menjajakan jasanya di Jalan Kramat Raya Jakarta, Rabu (24/07/24).
“Kalau misalkan dapat Rp500 ribu, kan itu masih dipotong belanja beli bahan. Nanti itu sisanya dibagi berempat,” imbuhnya.
Baca juga: Bocah Pecah Celengan Hasil Nabung Setahun demi Beli Kambing Kurban, Sempat Putus Asa Uangnya Kurang
Nasir mengaku telah menjadi tukang cat duco selama 20 tahun.
Menurutnya, lambat laun kian sulit baginya mendapatkan pelanggan.
“Sekarang sulit menjajakannya, kalau dulu mudah. Dulu yang menjajakannya sedikit, sekarang sudah banyak pesaing.
Tahun-tahun lalu Jakarta belum macet. Tidak seperti sekarang yang tambah macet,” jelas Nasir mengenai kesulitannya menjadi tukang cat duco.
Tukang cat duco lain, Sapri, mengungkapkan awal mula keberadaan para tukang cat duco di Jalan Kramat Raya, Jakarta itu.