Itu lantaran, anaknya membuat status di WhatsApp.
Statusnya itu seakan-akan korban sudah menjadi anggota perguruan silat.
Saat mengkonfirmasi mengenai status keanggotaan itulah, anaknya kemudian dianiaya.
Setelah itu, anaknya juga diberikan formulir pendaftaran.
"Anaknya sebenarnya belum ikut (perguruan silat). Temannya itu ga terima (dengan status WA) anak saya. Terus dihajar," katanya.
Baca juga: Kesaksian Orang Tua Siswa SMP di Sragen, Anak Tewas usai Latihan Silat
Namun, anaknya yang pendiam pun tak mau terbuka dengan apa yang dialami.
Anaknya pun hanya diam saat ditanya mengenai kondisi badannya.
"La loro opo ora?, dia diem saja," ujarnya.
Karena mendapat tekanan, korban kemudian memutuskan untuk mengikuti latihan di perguruan silat itu.
Hanya saja, anaknya yang kerja serabutan pun tak bisa secara tertib dalam mengikuti latihan.
Hingga akhirnya pada Sabtu malam, anaknya yang tengah mendulang cacing sutra di wilayah Klaten.
Mendulang cacing sutra untuk pakan ternak memang menjadi kebiasaan korban yang kerjaannya serabutan itu.
"Dia ga ikuti latihan, dihajar lagi. Dihajar di wilayah Nogosari," ujarnya.
Bak disambar petir disiang bolong, dia mendapat kabar dari kerabatnya mengenai kondisi anaknya.
"Tapi kejadiannya gimana -gimana (penyebab meninggalnya anaknya) saya ga tau. Apa itu dihajar orang apa enggak, saya ga tau," tambahnya.
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Sosok Tersangka Kasus Tewasnya Aan di Boyolali Jateng, Ada 2 Anak-anak, Oknum Pesilat