Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, PADANG - Wilayah Kanagarian Lawang di Padang, Sumatra Barat saat ini menjadi sentra produksi tebu dengan lahan subur dan iklim ideal mampu menghasilkan ribuan ton tebu setiap tahun.
Sejak zaman Belanda, sebagian masyarakat desa menggantungkan hidup dengan mengolah tebu dan menggunakan kilang tebu tradisional guna mengolah tebu menjadi gula merah atau yang dikenal sebagai saka tabu.
Bahkan, masih ditemukan pengolahan tebu tradisional tersebut memanfaatkan tenaga kerbau untuk menggiling tebu dengan cara mata kerbau ditutupi dengan tempurung kelapa dan kain agar kerbau tersebut mau berjalan.
Baca juga: Kunjungi Kebun Tebu di Merauke, Jokowi Jamin Prabowo Lanjutkan Kebijakan Pangan
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sumatera Barat, Endrizal SE MSi mengatakan, wilayah ini potensi besar di Kanagarian Lawang namun potensinya yang besar ini belum dimanfaatkan secara maksimal.
"Petani masih menghadapi tantangan karena metode tradisional dalam budidaya dan pengolahan tebu yang mengurangi efisiensi dan kualitas gula merah," kata Endrizal saat menjalin kerjasama dengan Koperasi Kana di Padang belum lama ini.
Gula merah dari tetes tebu buatan warga Lawang, sebagian besar dari kalangan pengusaha pabrik kecap di kawasan Pasaman, Payakumbuh bahkan hingga luar provinsi seperti Pekanbaru, dan Jambi.
Terkait kerjasamanya dengan koperasi Kana, kata Endrizal mengatakan, petani akan bisa belajar meningkatkan kualitas panen tebu dan gula merah sehingga petani dapat memperoleh hasil yang lebih baik, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
"Melalui pelatihan yang diberikan petani dapat mengadopsi teknologi dan teknik budidaya yang lebih modern, sehingga hasil panen mereka meningkat dan kualitas gula merah yang dihasilkan pun lebih baik," katanya.
Dengan demikian, akan membantu mereka mendapatkan harga yang lebih baik di pasar, meningkatkan kesejahteraan mereka, dan pada akhirnya menggerakkan perekonomian lokal.
Ketua Koperasi Kana, Jonathan Danang Wardhana menyatakan, pelatihan ini tidak hanya akan memberikan manfaat langsung bagi para petani, tetapi juga akan membuka peluang bagi koperasi untuk memperluas jaringan dan memperkuat posisi mereka dalam ekonomi lokal.
"Hal ini juga sejalan dengan program Koperasi Kana yang menggagas sugar co-op untuk memperkuat sektor gula merah dan menciptakan ekosistem yang lebih terintegrasi dan kolaboratif di antara para produsen gula merah, termasuk petani tebu dan koperasi lainnya," ujar Jonathan.
Baca juga: 4.000 Hektare Lahan Karet Tak Produktif Akan Disulap Jadi Kebun Tebu
Langkah ini, kata dia merupakan bagian dari upaya strategis untuk memanfaatkan potensi besar yang dimiliki oleh Kanagarian Lawang dan untuk memastikan bahwa manfaat dari pengembangan sektor pertanian ini dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.