"Korbannya ada yang sudah dua tahun lalu, setahun lalu, ada juga yang baru. Ada dengan non verbal, VCS, ada juga memaksa untuk begitu," ucapnya.
Pengakuan Korban
Salah seorang mahasiswi mengaku dugaan pelecehan ini terjadi beberapa tahun.
Namun korban baru berani speak up di akhir 2024 ini.
Pengakuan korban, dirinya mendapat perlakuan pelecehan seksual, baik secara verbal maupun nonverbal.
Perlakuan tak mengenakkan itu kerap terjadi di tempat para kader berkumpul dan berbaur.
Bahkan, menurut korban jika mereka dipaksa oknum MAL untuk melakukan hal tak senonoh.
Baca juga: Pemilik Pesantren di Karawang Jadi Tersangka Kasus Pelecehan Santriwati, Begini Modusnya
Meskipun mendapatkan perlakuan tak senonoh, korban enggan untuk melaporkan hal tersebut ke pihak berwajib.
Alasan korban karena mendapatkan tekanan dan menjaga nama baik organisasi.
TribunGorontalo.com berusaha melakukan penelusuran informasi.
Seorang senior organisasi hijau hitam itu membenarkan kejadian dugaan pelecehan tersebut.
Ia bahkan menyebutkan banyak korban yang telah melapor ke pihaknya.
Namun tak satupun dari mereka mau bersuara dan membuka kelakuan MAL ke publik.
"Iya benar, di organisasi itu sudah banyak korban sekitar enam orang yang melapor ke saya, tapi korban memilih untuk diam," ungkapnya kepada TribunGorontalo.com, Senin (30/9/2024) malam.
MAL disebut-sebut melakukan aksinya dengan berbagai cara.