Salah satu videonya dibagikan oleh akun X (Twitter) @Heraloebss, pada Rabu (2/10/2024).
Rupanya santri mendapati perlakuan itu sebagai sanksi karena melakukan pelanggaran di lingkungan pesantren," tulis akun tersebut.
Baca juga: Motif Istri Pimpinan Ponpes di Aceh Siram Air Cabai ke Santri, Korban Menangis saat Dimandikan
Dalam video yang dibagikan, remaja yang diduga santri itu sedang dimandikan oleh seorang ibu-ibu.
Ibu-ibu tersebut menggosokan benda seperti sabun ke sekujur tubuh remaja itu.
Namun, remaja itu terus menangis histeris seperti menahan sakit sambil mengusap-ngusap tubuhnya.
Ia pun akhirnya menceburkan diri ke dalam bak mandi.
Setelah menceburkan diri ke bak mandi, remaja itu tidak kunjung berhenti menangis histeris.
Hingga artikel ini ditulis, video viral itu telah dilihat sebanyak lebih dari 445 ribu kali.
Sementara itu, warganet di kolom reply pun menyayangkan hukuman pihak ponpes kepada santri tersebut apabila benar membuat kesalahan.
Kemenag: Pesantren Bukan Tempat Kekerasan
Kementerian Agama (Kemenag) RI buka suara terkait kasus dugaan penganiayaan terhadap seorang santri di Desa Pante Ceureumen, Aceh Barat, Nangroe Aceh Darussalam (NAD) yang matanya disiram air cabai oleh istri pimpinan pondok pesantren tersebut.
Juru Bicara Kemenag RI, Sunanto mengatakan, kasus tersebut telah ditindaklanjuti oleh pihaknya.
Pihaknya, kata dia, juga telah melakukan pendekatan.
"Sudah-sudah. Jadi, terus kami lakukan pendekatan. Dan itu kan informasinya kami cek apakah sudah masuk ke ranah hukum atau tidak," kata Sunanto usai Media Gathering di kawasan Jakarta Pusat pada Senin (7/10/2024).
Sunanto mengatakan, butuh upaya yang sangat luar biasa untuk memberikan edukasi kepada pesantren-pesantren yang ada di daerah.
Kementerian Agama, kata dia, juga terus melakukan edukasi agar pondok pesantren menjadi tempat yang nyaman bagi pendidikan agama.
"Jadi, keleluasaan kemandirian (pesantren) tetap disampaikan, tetapi kami selalu melakukan pendidikan dan pendekatan agar pesantren itu menjadi tempat yang nyaman bagi pendidikan keagamaan dan peningkatan sumber daya manusianya," kata dia.
"Bukan malah menjadi tempat untuk melakukan aktivitas kekerasan," sambung dia. (tribun network/thf/Serambinews.com/Tribunnews.com)