TRIBUNNEWS.COM - Inilah kabar terbaru soal kasus konflik sengketa batas tanah antar Desa Ilepati dan Bugalima di Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dari konflik yang berujung pembakaran sejumlah bangunan ini, para siswa terganggu proses sekolahnya.
Kepala Desa Bugalima, Yohanes Polikarpus Baka Tukan menuturkan, ada tiga lembaga sekolah terganggu proses belajar mengajarnya.
Mulai dari tingkat TK/Paud, SD Inpres Bogalima, dan SMP Satap Negeri Bugalima.
"Tiga lembaga pendidikan dari tingkat TK/Paud, SD Inpres Bogalima dan SMP Satap Negeri Bugalima ini diliburkan sejak hari kejadian hingga hari ini," ujarnya, dikutip dari TribunFlores.com.
Faktor keamanan jadi alasan para siswa diliburkan.
Kades menuturkan, pihak Pemdes sudah melakukan komunikasi dengan Pemkab Flores Timur terkait keamanan di Desa Bugalima untuk menjamin lancarnya proses belajar siswa.
"Kita sudah bangun komunikasi dengan Pemkab dan pihak keamanan menjamin situasi keamanan di Desa Bugalima, termasuk apabila anak-anak masuk sekolah," jelasnya.
Ia menuturkan, saat ini para siswa ikut mengungsi bersama keluarganya.
Saat sudah masuk sekolah, nantinya para siswa juga akan diberikan trauma healing.
Ratusan Warga Mengungsi
Pascakonflik yang terjadi Senin (21/10/2024) ini, ada 177 jiwa atau 52 Kepala Keluarga (KK) yang mengungsi ke Desa Wureh.
Baca juga: Soal Konflik Antar Desa di Flores Timur, Ratusan Warga Mengungsi hingga Anak-Anak Trauma
Mereka mengungsi di rumah-rumah penduduk karena kondisi desanya tak kondusif.
"Ada 52 KK atau 177 jiwa yang mengungsi ke Wureh, mereka menempati rumah-rumah penduduk dan malam setelah doa, mereka tidur di dua Kapela, sementara yang lainnya di rumah warga," kata Sekretaris Desa Wureh, Florianus Karwayu, Rabu (23/10/2024).
Kepada TribunFlores.com, para warga yang mengungsi ini membutuhkan bantuan seperti air minum hingga perlengkapan tidur setelah rumah terbakar.