Cuma, terdapat beberapa bintik-bintik kecil karena gigitan semut yang mulai menggerayangi tubuh bayi.
"Tidak diwadahi kardus. Kondisi sempat ada semut. Sehingga bayi nangis terus. Bayi masih ada tali pusar. Tidak ada bercak darah. Cuma bentol-bentol digigit semut," katanya.
Lalu bagaimana bisa bayi tersebut teronggok di atap tersebut. Dadang juga tidak mengetahuinya.
Namun, ia memasrahkan penyelidikan kasus temuan bayi tersebut kepada Anggota Polsek Tambaksari.
"Itu yang masih bingung. Kalau naik atap pasti terdengar. Kalau lewat sini juga gak mungkin. Kalau. Loncat dari gang RT 5, di situ ada got selebar 30 cm. Kalau lompat pasti jebol," pungkasnya.
Sementara itu, Ketua RT 05, Putut Handoko juga tak kalah bingung dengan pemilihan lokasi penemuan bayi yang berada di atap rumah warga tersebut.
Lokasi penemuan bayi itu, terbilang ekstrem. Ketinggiannya hampir sekitar lima meter.
Lagi pula, permukiman gang wilayah yang dipimpinnya, juga terbilang ramai.
Tentu, mustahil ada orang lain tak dikenal sekonyong-konyong menaiki atap rumah warga untuk sekadar meletakkan bayi tersebut.
Jikalau kemungkinan lain, bayi tersebut bisa teronggok di atap tersebut, karena dilempar oleh si terduga pelaku, juga mustahil.
Apalagi kondisi bayi tidak mengalami luka benturan atau semacamnya, akibat dari aksi pelemparan.
"Bayi diletakkan di atas kain. Diletakkan aja. Tapi entah bayi dari hasil kelahiran, kalau memang itu anak manusia, kok tega banget," katanya saat ditemui di kediamannya.
Namun, terdapat jalan akses yang paling masuk akal, menurut Putut. Yakni, melalui loteng rumah SR.
Loteng tersebut merupakan ruang terbuka, bukan kamar. Biasanya dipakai untuk menjemur pakaian.