TRIBUNNEWS.COM - Seorang santri di sebuah pondok pesantren di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, membuat kabar hoaks bahwa dia diculik dan disekap.
Dalam hoaks yang disebarkan pada Minggu (17/11/2024), itu muncul permintaan uang tebusan sebesar Rp2 miliar.
Namun, kemudian diketahui bahwa penculikan itu hanya sandiwara yang dibuat santri itu.
Dia membuat hoaks karena ingin pulang kampung dan mengaku sudah jenuh belajar mengaji.
"Pondoknya tidak jauh, hanya beda kecamatan saja, tapi waktu kejadian kemarin saya sedang di Ponorogo," kata Siswanto, orang tua siswa, di rumahnya hari Senin, (18/17/2024).
"Tanda-tanda jenuh anak saya sudah ada karena sering pulang ke rumah lalu kembali ke pondok."
Menurut Suwadi, dia mengetahui hoaks itu dari tetangganya. Anaknya dikabarkan diculik dan disekap di gudang masjid.
Adapun tetangganya itu menerima pesan dari nomor tidak dikenal. Kemudian diketahui bahwa nomor itu adalah nomor milik rekan satu pondok santri itu.
"Siapa yang mau nebus Rp2 miliar. Saya tahunya dari tetangga saya karena kemarin saya di Ponorogo,” kata Suwadi sambil tersenyum ketika mengingat tindakan anaknya.
Rohmat, tetangga Suwadi, mendatangi siswa yang mengaku disekap dan minta tebusan ratusan miliar itu.
Dia mendapati anak itu tergeletak di gudang masjid dan tangannya terikat.
Baca juga: Kasus Penculikan Gadis 15 Tahun di Cianjur, 2 Pelaku Bukan Karyawan Telkom
Menurut Rohmat, dari awal dia sudah curiga bahwa penculikan itu hanya akal-akalan saja. Santri itu pun dibangunkan dan diajak pulang.
"Dari awal sudah janggal karena tali yang digunakan mengikat tangan korban longgar dan berada di depan, ditarik pun bisa lepas. Saya temukan tertidur di gudang masjid tersebut," ujar Rohmat.
Sekretaris desa setempat, Wahyudiono, mengonfirmasi bahwa penculikan itu hanya hoaks.