TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Kabareskrim Komjen (Purn) Ito Sumardi menjabarkan analisisnya di kasus polisi tembak polisi.
Ito Sumardi menilai ada komunikasi yang memicu kemarahan AKP Dadang Iskandar sehingga tega menembak korban.
Peristiwa berdarah ini terjadi di Mapolres Solok Selatan pada Jumat (22/11/2024) dini hari.
Tersangka AKP Dadang Iskandar menembak dua kali ke korban AKP Ryanto Ulil Anshar hingga tewas.
Tak hanya itu, AKP Dadang Iskandar juga menembaki rumah dinas kapolres yang berlokasi tak jauh dari Mapolres Solok Selatan.
Terkini AKP Dadang Iskandar sudah ditahan sementara jenazah korban dimakamkan di Makassar pada Minggu (24/11/2024) kemarin.
"Yang jelas kalau sederhananya, kenapa terjadi penembakan? Pasti ada satu komunikasi yang membuat pelaku sangat marah," kata Ito dalam Sapa Indonesia Malam, Kompas TV, Minggu (24/11/2024).
Ito juga menyoroti perihal Dadang yang sempat menembaki rumah dinas Kapolres Solok Selatan AKBP Arief Mukti.
Ia menduga hal itu terkait dugaan tambang ilegal yang sedang diusut korban, di mana Kapolres Solok Selatan memerintahkan langsung kepada korban selaku Kasat Reskrim untuk menangani kasus tambang ilegal, bukannya Kabag Ops yakni AKP Dadang.
"Dan jelas di sini disertai penembakan rumah Kapolres," ujarnya.
"Karena pengalaman saya, bisa saja seorang Kapolres itu tidak percaya kepada yang bersangkutan (Dadang), yang jabatannya adalah di struktur strata tiga, Kabag Ops. Di mana fungsi reserse itu strata empat," sambungnya.
Baca juga: Rumah Dinas Diberondong 7 Tembakan oleh AKP Dadang, Dimana Posisi Kapolres Solok AKBP Arief Mukti?
Menurutnya, hal tersebut juga menjadi salah satu faktor Dadang menembak korban dan rumah Kapolres.
"Sehingga kemarahannya dilampiaskan kepada korban dan Kapolres. Tapi di (rumah dinas) Kapolres itu banyak yang jaga, sehingga dia hanya menembak dari luar," jelasnya.
"Tapi motif ini baru sebatas analisa dari saya," ucapnya.