TRIBUNNEWS.COM - ARO (9) alias Albi, siswa SD yang meninggal karena diduga jadi korban bullying meninggalkan banyak duka.
Termasuk Pj Bupati Subang Jawa Barat, Imran.
Imran merasa terpukul atas meninggalnya ARO yang diduga jadi korban bullying yang dilakukan oleh kakak kelasnya.
Ia menuturkan, hal ini seharusnya tidak terjadi apabila sekolah bisa melakukan pengawasan.
"Ini tidak perlu terjadi jika pihak sekolah bisa mengawasi anak didiknya. Akibat kelalaian pihak sekolah, nyawa anak generasi muda bangsa mati sia-sia karena bullying," ucap Imran.
Mengutip TribunJabar.id, Imran berharap ini merupakan kasus terakhir di Subang, Jawa Barat.
Ia menegaskan, tidak boleh lagi ada kasus bullying di Subang, apalagi hingga menyebabkan tewasnya korban.
"Saya tegaskan, pihak sekolah harus benar-benar mengawasi anak didiknya di sekolah, baik saat jam belajar maupun istirahat, agar kasus Albi tak terulang di kemudian hari," ucapnya.
Ia pun meminta pihak kepolisian mengusut tuntas kasus ini dan bisa memberi efek jera bagi murid lain dan pihak sekolah.
"Siapapun yang bersalah, dihukum," ucapnya.
Selain itu, Imran juga menonaktifkan kepala sekolah tempat korban sekolah.
Baca juga: Siswa SD di Subang yang Koma karena Korban Bullying Meninggal Dunia, Sempat Ngaku Dipalak 3 Orang
Dan apabila terbukti bersalah, maka ia akan memecat kepala sekolah.
Ia juga meminta pihak polisi untuk memeriksa kepala sekolah.
"Kasus ini tak perlu terjadi jika pihak sekolah benar-benar mengawasi siswanya dengan baik di sekolah," katanya.
Sempat Curhat Dipalak 3 Kakak Kelas
Diketahui, Albi masuk rumah sakit karena diduga jadi korban bullying yang dilakukan oleh tiga kakak kelasnya.
Siswa SD di Kecamatan Blanakan ini pun dirawat selama tiga hari di ICU RSUD Subang.
"Sejak masuk RSUD Subang 3 hari lalu, korban langsung di ICU, kami pihak Rumah Sakit belum bisa memeriksa korban saat itu karena kondisi tidak stabil dan tak sadarkan diri," kata dr. Syamsul Riza selaku wakil Direktur RSUD Subang.
Sebelum dirawat di rumah sakit, korban mengeluh sakit kepala dan perut hingga alami muntah-muntah.
Demikian yang diungkapkan oleh Sarti, saudara korban.
Sarti menuturkan, pihak keluarga baru mengetahui hal ini ketika kondisi AR sudah memburuk.
"Dua hari itu dia muntah terus, kalau makan muntah, makan muntah, perutnya sakit, sama uwa-nya enggak cerita karena takut, kata saya kenapa kamu kayak gitu, sakit perutnya, dibenerin (diurut) abis diurut enggak muntah lagi," ujar Sarti, dikutip dari Kompas.com.
Ia juga menceritakan, AR sempat masuk sekolah namun kondisinya makin memburuk.
AR bahkan kesulitan membuka mata hingga berjalan dengan cara merangkak.
Setelah ditanya, AR mengaku bahwa kepalanya dibenturkan ke tembok oleh tiga orang kakak kelasnya.
Tiga orang tersebut berinisial M, D, dan O yang duduk di bangku kelas 4 dan 5 di sekolah yang sama.
Baca juga: Siswa SD di Subang Mengaku Dipukuli Tiga Kakak Kelasnya Sebelum Tewas , Ogah Kasih Uang Saat Dipalak
Korban dirundung karena korban enggan memberikan uang kepada tiga orang tersebut.
"Waktu dia mau drop mau berangkat ke rumah sakit, saya tanya kamu kenapa kepalanya sakit, melek enggak bisa, jalan susah, katanya dijedotin ke tembok, ditajong (tendang) pengakuan AR sama tiga orang itu," ujar Sarti.
Kini, AR terbaring di rumah sakit dengan kondisi koma.
Pihak keluarga, lanjut Sarti, sudah memberitahu ke wali kelas tentang kondisi AR beberapa hari setelah kejadian.
"Saat itu saya mau ke sekolah, tahunya udah bubar, kantor enggak ada udah pada kemana gurunya, jadi saya balik lagi enggak jadi (laporan saat itu)," kata Sarti.
Sementara itu, Kasim, Kepala Sekolah, mengonfirmasi adanya perundungan tersebut.
Ia menuturkan, perundungan berlangsung seminggu yang lalu dan baru diketahui pihak sekolah.
"Iya betul tahunya sudah kritis, di rumah sakit itu baru tahu setelah seminggu kemudian, itu pun ada pihak keluarga tidak laporan tapi sambil ngomong ke guru kelas, itu pun saya tindaklanjuti, saya ke tempat korban saya tanyakan ke orangtua, karena dicek buku kejadian tidak ada laporan," ucap Kasim.
Kasim menambahkan, aksi perundungan ini terjadi di luar lingkungan sekolah.
"Kejadian di luar arena sekolah bukan di dalam, pada waktu istirahat, guru istirahat anak jajan di luar area sekolah," kata Kasim.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Kepala SDN Jayamukti Subang Dinonaktifkan Imbas Meninggalnya Albi, Polisi Diminta Periksa Sekolah
(Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunJabar.id, Ahya Nurdin)