TRIBUNNEWS.COM - Di sudut barat Stadion Manahan, Solo, aroma gurih tahu kupat dari warung kecil milik Heriyanto, atau akrab disapa Heri, menyapa para pengunjung pada Sabtu (30/11/2024) siang bolong.
Tahu Kupat Pak Har, nama warungnya, telah menjadi saksi perjalanan panjang yang penuh liku.
Bagi para pelanggan, tahu kupat itu hanyalah hidangan sederhana. Namun, di balik setiap suapannya, tersimpan cerita tentang tekad, pengorbanan, dan mimpi seorang lelaki yang tak dikenal sebagai pekerja keras.
Heri memulai usaha tahu kupatnya 12 tahun lalu di Shelter Kuliner Manahan. Lokasinya strategis, dekat stadion, menjadikannya magnet bagi warga lokal dan wisatawan.
“Dulu ramai sekali, apalagi kalau ada pertandingan di stadion. Orang-orang pasti mampir makan,” kenangnya dengan senyum tipis.
Di sana, Heri membangun nama. Tahu kupatnya dikenal karena bumbu kacang yang khas dan tekstur tahu yang lembut.
Usaha itu menjadi tulang punggung keluarganya, membiayai pendidikan anak-anaknya dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, seperti banyak cerita usaha kecil lainnya, kehidupan tak selalu berjalan mulus.
Pada 2020, badai pertama datang. Pandemi COVID-19 melumpuhkan segala sektor, termasuk kuliner.
Shelter Manahan yang biasanya riuh oleh pengunjung, tiba-tiba berubah sunyi. Pembatasan sosial dan ketakutan akan virus membuat pembeli hampir tak ada.
“Hari-hari itu berat sekali. Kadang dalam sehari, hanya ada satu dua pembeli. Untuk sekadar bayar bahan baku saja susah,” ujarnya sambil mengingat masa-masa kelam itu.
Ketika pandemi mulai mereda pada 2021, harapan mulai muncul. Namun, tak lama berselang, ujian kedua datang.
Pemerintah Kota Surakarta memutuskan untuk merombak kawasan Stadion Manahan sebagai bagian dari proyek revitalisasi kota dan persiapan Piala Dunia U-20. Shelter tempat Heri berjualan harus dibongkar.
Ketika shelter dibongkar, Heri bersama pedagang lain harus mencari tempat baru.
Tanpa pilihan lain, ia menyewa lahan di sekitar kawasan lama, yang kini dikelola oleh pihak swasta. Namun, biaya sewa yang cukup tinggi dan sepinya pengunjung membuatnya terdesak.