TRIBUNNEWS.COM - Kasus kematian siswa SMKN 4 Semarang, Jawa Tengah, berinisial GRO (17), baru diketahui keluarga korban pada Minggu (24/11/2024) siang.
Padahal korban tertembak pada Minggu dini hari dan dinyatakan tewas saat dirawat di rumah sakit.
Paman Gamma, Agung (49), menyayangkan sikap petugas kepolisian yang menunda pemberitahuan kematian GRO hampir 12 jam.
"Alasannya tidak ada identitas dan rekam sidik jari tidak keluar."
"Padahal warga sekitar bilang sejak pagi hari rumah kami sudah dicari polisi berpakaian preman," bebernya, Selasa (3/12/2024), dikutip dari TribunJateng.com.
Selang sehari kemudian, rumah nenek korban yang terletak di Semarang Barat didatangi rombongan Kapolrestabes Semarang, Kombes Irwan Anwar.
Dalam pertemuan tersebut, kepolisian meminta keluarga mengikhlaskan kematian GRO.
Permintaan itu diucapkan wartawan berinisial D yang berbadan besar dan berkulit putih.
"Wartawan itu bilang ke keluarga biar beritanya tidak menyebar ke mana-mana, sebaiknya dari keluarga korban membuat video pernyataan bahwa keluarga Gamma sudah mengikhlaskan kejadian ini."
"Kemudian tidak akan membesar-besarkan masalah ini dan untuk masalah hukum selanjutnya diserahkan ke pihak Polrestabes Semarang," ucap Agung menirukan perkataan wartawan.
Awalnya, keluarga GRO mengira D merupakan ajudan polisi, namun setelah ditelusuri terungkap D berprofesi sebagai wartawan.
Baca juga: Pengakuan Ayah Gamma, Siswa SMK yang Tewas Ditembak Polisi di Semarang: Saya Sangat Sakit Hati
"Kapolrestabes hanya memperkenalkan diri sendiri, Kasat Reskrim (Kompol Andika Dharma Sena), Kasat Narkoba (Kompol Hannkie Fuariputra)."
"Cuma yang satu nggak diperkenalkan (wartawan). Kami kira dia mungkin ajudannya," lanjutnya.
Permintaan untuk mengikhlaskan kematian GRO ditolak pihak keluarga.
Setelah pertemuan selesai, keluarga kaget foto pertemuan di rumah nenek korban beredar di media online.
"Kami bilang ke orang Polrestabes Semarang fotonya jangan dikeluarkan (ke publik), tapi malah keluar di berita."
"Kami tentu tidak terima katanya hanya untuk internal, bukan untuk diliput," tandasnya.
Agung tak mengetahui identitas lengkap wartawan yang datang ke rumah, ia hanya melihat wartawan pulang semobil dengan Kapolrestabes Semarang.
"Wartawan itu saat pulang duduk sebelahnya Kapolrestabes Semarang, mereka satu mobil," tuturnya.
Baca juga: Polda Jateng Ungkap Hasil Ekshumasi Siswa SMK yang Ditembak Aipda Robig: Ada Proyektil di Bawah Usus
AJI Semarang Kritik Tindakan Wartawan
Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Semarang, Aris Mulyawan, mengatakan pihak keluarga telah ditunjukkan foto oknum wartawan dan mengiyakan.
Intervensi dilakukan sehari setelah kasus penembakan atau Senin (25/11/2024) malam.
Menurut Aris, tindakan oknum tersebut mencederai profesi jurnalis dan jauh dari semangat elemen jurnalisme.
"Tak hanya itu, tindakan cawe-cawe jurnalis dalam kasus GRO berpotensi menyalahi UU Pers Nomor 40 tahun 1999 dan Kode Etik Jurnalistik," bebernya, Selasa (3/12/2024), dikutip dari TribunJateng.com.
Dalam kasus ini, oknum wartawan berupaya menghalangi proses penyelidikan agar kasus dirilis setelah Pilkada 2024.
"Mirisnya, potensi pelanggaran ini malah dilakukan oleh wartawan itu sendiri," sambungnya.
Ia berharap setiap wartawan memiliki prinsip keberpihakan kepada publik, kebenaran, dan keadilan.
"Wartawan bukan Humas Polri," tegasnya.
Baca juga: 4 Fakta Baru Penembakan Siswa SMK di Semarang dari Hasil Pemeriksaan Pelaku Aipda RZ
Kapolrestabes Semarang Minta Maaf
Diketahui, kasus penembakan siswa SMKN 4 Semarang, Jawa Tengah, menemui titik terang setelah digelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (3/12/2024).
Berdasarkan hasil pemeriksaan, Aipda Robig Zaenudin meletuskan empat tembakan ke arah siswa SMK berinisial GRO (17).
GRO dinyatakan tewas setelah peluru mengenai bagian pinggulnya.
Kasus penembakan terjadi di depan Alfamart Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang pada Minggu (24/11/2024) sekitar pukul 00.22 WIB.
Kini, Aipda Robig telah ditahan oleh Pengamanan Internal (Paminal) Propam Polda Jateng.
Kapolrestabes Semarang, Kombes Irwan Anwar, menyatakan Aipda Robig lalai dalam menggunakan senjata api sehingga GRO tewas.
"Atas segala tindakan anggota saya yang telah mengabaikan prinsip-prinsip penggunaan kekuatan, abai dalam menilai situasi, teledor dalam menggunakan senjata api dan telah melakukan tindakan excessive action, tindakan yang tidak perlu," paparnya, Selasa.
Kombes Irwan Anwar mengaku bersedia dievaluasi dan menerima konsekuensi atas perbuatan Aipda Robig.
Ia mengucapkan bela sungkawa dan meminta maaf ke keluarga korban atas kesalahan anggotanya.
"Atas nama Kepolisian Kapolrestabes Semarang atas berpulangnya Ananda Gamma akibat tidak profesionalitas anggota kami," sambungnya.
Baca juga: Motif Aipda RZ Tembak Siswa SMK di Semarang Karena Kesal Dipepet di Jalan Raya, Bukan Karena Tawuran
Kasus penembakan berawal ketika Aipda Robig melihat aksi kejar-kejaran di jalanan menggunakan senjata tajam.
Aipda Robig berusaha mengejar rombongan tersebut, namun mereka berbalik arah.
Ia kemudian menembak korban dan aksinya terekam kamera CCTV.
“Nah di peristiwa ini posisi almarhum (Gamma) ada di motor pertama (yang ke arah kanan)” tandasnya.
Sebagian artikel telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Jawaban Polisi Soal Dugaan Mengintervensi Keluarga Gamma: Akan Terbantahkan Dengan Bukti Video
(Tribunnews.com/Mohay/Igman Ibrahim) (TribunJateng.com/Iwan Arifianto)