TRIBUNNEWS.COM - Keseharian Agus Buntung, pria tanpa dua tangan yang jadi tersangka kasus rudapaksa di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), dibongkar oleh rekannya sesama disabilitas, Lalu Wisnu Pradipta.
Wisnu mengatakan, Agus jarang bergaul dengan teman-teman sesama disabilitas yang lain.
Hal itu karena Agus merasa mempunyai kemampuan spesial yang hanya dimiliki olehnya.
"Cuma adik kami ini (Agus) agak sedikit berbeda dengan yang lain yaitu beliau tidak begitu aktif bersama teman-teman disabilitas yang lain."
"Karena dia merasa lebih punya sesuatu yang spesial dengan yang lain," katanya, dikutip dari YouTube tvOneNews, Jumat (6/12/2024).
Bahkan, kata Wisnu, Agus kerap membanggakan dirinya dengan mengatakan, hanya dirinyalah yang mempunyai kemampuan spesial di NTB.
"Mungkin karena pada saat itu adik kita belum begitu mengenal teman-teman kita yang lain, yang banyak juga seperti dirinya," terangnya.
Dalam hal ini, Wisnu menyoroti pola asuh dari orang tua Agus.
Menurut Wisnu, orang tua Agus terlalu berlebihan menyanjung sang putra.
Contohnya, sanjungan karena Agus yang tidak mempunyai dua tangan tapi bisa mengemudikan sepeda motor.
Hal itu kemudian membuat Agus disebut merasa 'besar kepala'.
Baca juga: Update Kasus Agus Buntung: Total 8 Saksi Korban Kekerasan Seksual Diperiksa Polda NTB
"Dari orang tuanya yang selalu menyanjung adik kami, karena ini kan sesuatu hal yang luar biasa ya tanpa kedua tangan tetapi dia bisa membawa sepeda motor."
"Ini yang sebenarnya menjadi dilema buat kami, sehingga adik kami ini merasa lebih besar kepala kepada teman-teman kita yang lain, karena orang tuanya itu terlalu berlebihan menyanjung saudara kita ini," terangnya.
Agus pun, lanjut Wisnu, merasa lebih baik ketimbang teman-temannya, sehingga jarang bergaul dengan penyandang disabilitas yang lain.
"Sehingga dia merasa lebih dari pada teman-temannya yang lain itu yang membuat dia jarang bergaul dengan teman-teman kita yang disabilitas," bebernya.
Tabiat Agus Buntung Bawa Perempuan Berbeda ke Homestay
Sebelumnya, pemilik dan karyawan homestay mengatakan, Agus kerap membawa wanita berbeda ke penginapan.
Hal itu diungkapkan oleh Dirkrimum Polda NTB, Kombes Pol Syarif Hidayat.
Syarif menjelaskan, Polda Nusa Tenggara Barat (NTB) telah memeriksa pemilik dan karyawan homestay.
Homestay ini menjadi lokasi Agus, pria tanpa dua tangan merudapaksa korbannya.
"Dari keterangan karyawan dan pemilik homestay memang si pelaku ini selain membawa korban yang melapor ke kita, juga pernah membawa perempuan (lain)," katanya, dikutip dari tayangan YouTube tvOneNews.com, Kamis (5/12/2024).
Karyawan homestay mengaku melihat Agus membawa empat perempuan berbeda ke penginapan tersebut.
"Kalau pemilik homestay itu ada lima orang berbeda yang dibawa oleh pelaku," ungkapnya.
Syarif menduga, pelaku membawa para korbannya ke homestay yang sama karena merasa nyaman dengan tempat tersebut.
Ia menambahkan, Agus melancarkan aksinya pada korban pertama yang melapor dan korban kedua dalam waktu yang berdekatan yakni di bulan Oktober 2024.
Baca juga: Agus Buntung Meresahkan: Punya Mantra Sakti, Disebut Super Berbahaya, Polda NTB Diminta Hati-hati
"Yang tiga (korban) sekitar tahun 2024," imbuhnya.
Dianggap Super Berbahaya
Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri, mengatakan dengan melihat korban yang lebih dari satu orang, dia menilai apa yang dilakukan Agus sudah di luar batas.
Ia bahkan menyebut Agus Buntung sebagai orang yang sangat berbahaya.
"Orang ini adalah orang yang super berbahaya," katanya, dikutip dari tayangan YouTube iNews Official, Kamis (5/12/2024).
"Karena itu tetap dengan menaruh rasa hormat dan simpati atas keterbatasan fisik yang dia miliki, tetapi dengan pemahaman orang ini adalah pelaku kejahatan serius yang sangat berbahaya," sambungnya.
Oleh karena itu, ia mendesak aparat penegak hukum segera melakukan penindakan serius terhadap Agus.
Diketahui, Agus kini berstatus sebagai tersangka dan menjadi tahanan rumah.
Terkait kondisi itu, Reza pun meminta agar pengawasan terhadap Agus diperketat.
"Maka sepatutnya otoritas penegakan hukum melakukan penyikapan yang sangat serius terhadap yang bersangkutan sejak sekarang."
"Kendati diberlakukan tahanan rumah sekalipun, pengawasan tetap dilakukan secara melekat agar kejahatan yang serius itu tidak berulang," ungkapnya.
Sebagai informasi, jumlah korban rudapaksa yang dilakukan Agus terus bertambah.
Terbaru, ada lima korban yang sudah melapor ke polisi.
Namun, berdasarkan data dari Ketua Komisi Disabilitas Daerah (KKD) NTB, Joko Jumadi jumlah korban Agus mencapai 13 orang.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana)