Laporan Wartawan Tribun Jateng Rezanda Akbar D
TRIBUNNEWS.COM, REMBANG - Kasus yang menyedihkan terjadi di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang.
Seorang siswi kelas 6 SD dilaporkan menjadi korban perundungan dan pencabulan oleh 4 pelaku yang juga merupakan teman sekelasnya.
Laporan terkait dugaan tindakan keji ini telah diterima oleh Polres Rembang, yang kini sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, tindakan perundungan dan pencabulan tersebut terjadi pada hari Jumat, 13 Desember 2024.
Iptu Widodo, KBO Satreskrim Polres Rembang, menjelaskan kepada Tribun Jateng bahwa pihaknya telah menerima laporan kasus ini pada Minggu, 15 Desember 2024.
"Kami cek terlebih dahulu," ungkapnya.
Baca juga: KRONOLOGI 3 Siswa TK di Rembang Dikeluarkan karena Ortu Beda Pilihan Cabup dengan Pemilik Yayasan
Penanganan kasus ini memerlukan kehati-hatian karena melibatkan anak-anak.
Kepala Desa Sendangcoyo, Darto mengatakan, informasi yang diperolehnya, perundungan dan pencabulan dilakukan oleh tiga siswa kelas 6 SD dan satu siswa kelas 5 SD dalam lingkup sekolah.
"Kejadian tersebut pada Jumat (13/12/2024), namun sang anak baru bisa bercerita pada Sabtu (14/12/2024) malam."
"Mendengar hal itu, orangtua yang tidak terima akibat perbuatan tersebut lantas kami sarankan untuk menempuh jalur hukum," kata Darto.
Darto menambahkan bahwa orangtua korban membuat laporan ke kepolisian pada Minggu (15/12/2024) pagi.
"Kasus ini sudah dalam penanganan Polres Rembang, kelanjutannya seperti apa tinggal pantau. Saya berharap kepada seluruh orangtua siswa untuk memperhatikan anaknya," tegasnya.
Sebelumnya diberitakan, dugaan perundungan dan pencabulan terjadi di Kecamatan Lasem yang melibatkan anak sekolah dasar.
Sekolah itu berada di sekitar permukiman lereng Gunung Argopuro Lasem.
Kronologi Perundungan dan Pencabulan Siswa SD
Aksi dugaan perundungan dan pencabulan itu terjadi saat jam pelajaran yakni pada Jumat (13/12/2024), menjelang jam pulang sekolah.
Berdasarkan kesaksian ibu korban L (40) bahwa anaknya yang merupakan siswi kelas 6 SD berinisial J (12) menjadi korban dari kebengisan empat siswa di sekolah tersebut.
L sempat beberapa kali menitihkan air matanya saat menceritakan kejadian itu.
Semula ketika L menjemput anaknya di sekolah, dia sempat merasa aneh seusai tiba-tiba dipeluk oleh seorang guru.
"Saya tidak biasanya dipeluk sama guru di sana waktu jemput anak saya."
"Terus anak saya nangis, kemudian waktu di rumah dia masuk ke kamar."
"Baru saat malam hari dia merintih kesakitan dan mau cerita," tutur L kepada Tribunjateng.com di rumahnya, Selasa (17/12/2024).
Dari cerita anaknya, bahwa J mendapatkan perlakuan tak mengenakan saat siang hari di sekolahnya.
"Ada empat anak, tiga orang itu kelas 6 SD dan satu orang kelas 5 SD, anak saya dimasukan ke kelas."
"Kepalanya dibenturkan di lemari, terus di tembok, kemudian dijatuhkan ke lantai."
"Habis itu ada yang megangin anak saya, dada (anak saya) diremas dan itunya (kelamin) disodok pakai kayu," ujar L.
L juga menceritakan, sebelumnya tas milik anaknya sempat dibuang dan dipalak oleh keempat siswa tersebut.
L juga menceritakan keempat anak tersebut juga hendak meraba bagian vital dari tubuh anaknya.
"Karena itu (J) selama empat hari mengurung diri di kamar. Tiba-tiba nangis sendiri kadang pagi, siang, sore atau malam hari."
"Selama empat hari ini juga sulit makan, saya paksa makan, sehari kadang cuman sekali makan."
"Ini belum mau sekolah, saya istirahat di rumah juga," ujarnya.
Kasus tersebut telah dilaporkan oleh L di Polres Rembang.
Untuk itu dia berharap agar hukum bisa berjalan seadil-adilnya.
Tanggapan Kepala Sekolah
Kepala Sekolah Dasar di Lasem, Arief Rahardi mengatakan, guru-guru waktu pukul 09.00 WIB berkumpul di perpustakaan untuk mengikuti sosialisasi e-rapot sehingga kejadian tersebut tidak termonitor seratus persen oleh para guru di sekolah tersebut.
"Lokasi kelas kejadian itu tak jauh dari perpustakaan sebagai tempat sosialisasi e-rapot, hanya berbatasan dengan kamar mandi," katanya, Rabu (18/12/2024).
Ketika itu para guru sempat mendengar adanya kegaduhan di dalam kelas itu sehingga satu diantara guru mendatang lokasi dan memulangkan murid.
"Guru mendengar ada suara yang tidak seperti biasanya, karena saat itu sedang tidak ada pelajaran dan para guru sibuk dengan e-rapot sehingga salah satu guru meminta tolong untuk anak-anak sebaiknya dipulangkan saja," ujar Arief.
Arief menambahkan, ketika dipulangkan korban sempat tidak terlihat oleh para guru.
Ketika dicari oleh guru, korban ditemukan di kamar mandi dan sedang menangis.
Namun korban tidak bercerita tentang apa yang sudah dia lalui.
"Kemudian dipulangkan dan guru tidak tahu adanya kasus tersebut," sambungnya.
Terkait adanya tindakan pencabulan, Arief menyangkal adanya hal tersebut.
Dia menjelaskan berdasarkan keterangan dari ABH (anak berurusan hukum) bahwa ke-empat orang hanya meminta kunci sekat antara kelas 6 dan kelas 5 yang disimpan dalam kantong rok korban.
"Mereka (ABH) meminta kunci dengan maksud menutup sekat kelas agar kelas 5 dan 6 tidak campur. Karena kunci di dalam saku korban dan kuncinya di area sini (paha kanan dan kiri), sehingga yang dioyok (rebut) di situ," jelas Arief.
Tidak Ada Pencabulan
Arief menegaskan tidak ada tindakan cabul, menurutnya apabila anak bertindak cabul mereka berusaha melihat apa yang tidak pernah mereka lihat.
"Tapi itu tidak terjadi, jadi korban masih utuh mengenakan seragam yang dia pakai yakni seragam pramuka," tegasnya.
Terkait seorang anak yang menyogok dengan kayu, Arief membenarkan adanya kejadian tersebut.
Namun itu bersifat guyonan anak-anak karena kayu tersebut diperuntukan untuk mengambil kunci yang ada di kantong.
"Kebetulan ada satu anak menggunakan kayu, atau benda lain untuk memukul pantat (korban). Namanya memukul kemungkinan ada gerakan menyodok," jelasnya.
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Bocah Kelas 6 SD di Rembang Diduga Korban Perundungan dan Rudapaksa, 4 Pelaku Teman Sekolahnya