"Jadi anak-anak kami ini mengikuti program sukarela. Sifatnya sukarela, tidak diwajibkan, dan pilihan bagi anak-anak," jelas Ustadz Abdurrahman.
Siswa yang berangkat duduk di kelas 7-9 SMP.
“Kelas SMP ini dari berbagai level,” ujarnya.
Di sisi lain, saat ini, ponpes masih menunggu hasil investigasi pihak kepolisian terkait kronologis pasti insiden ini.
Korban
Mengutip TribunJatim.com, selain empat korban tewas, 45 orang lainnya luka-luka.
Korban meninggal dibawa ke Rumah Sakit Saiful Anwar (RSAA) Malang.
Sementara korban luka dibawa ke RSUD Lawang Malang, RS Lawang Medika Malang, RS Prima Husada Malang, dan RS Prima Husada Sukorejo Pasuruan.
Seorang relawan Medis, Naufal Zhorifah mengatakan, sebagian besar korban mengalami patah tulang.
"Ada yang meninggal dunia dan ada yang mengalami luka patah tulang,"
"Jadi, kami memilah korban mana saja yang terlebih dulu dievakuasi tergantung tingkat keparahannya, dan kebetulan korban yang saya bawa ini dirujuk ke RSSA," bebernya.
Ia menceritakan, beberapa korban ada yang perlu dievakuasi secara hati-hati lantaran kondisinya terjepit bodi kendaraan.
"Tadi, ada korban yang terjepit di dalam bus. Kalau tidak salah, sopir busnya," pungkasnya.
Sementara itu, Kapolres Malang, AKBP Putu Kholis Aryana, menuturkan empat korban yang tewas tersebut disebabkan karena gegar otak.
"Penyebab tewas, menurut informasi dari dokter, adalah gegar otak," jelas Putu, Senin (23/12/2024) malam.
Mengutip Kompas.com, dari empat korban meninggal, satu di antaranya berjenis kelamin perempuan.
Empat korban yang tewas tersebut adalah sopir, kernet, dan dua pendamping siswa.