TRIBUNNEWS.COM - Seorang santri di sebuah pondok pesantren di Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dilarikan ke rumah sakit setelah menjadi korban penganiayaan seniornya sendiri.
Korban berinisial AR (14) asal Kabupaten Buleleng, Bali, tersebut kini kritis dan menjalani perawatan di RSUD Blambangan.
Korban dianiaya para seniornya di lingkungan ponpes pada Minggu (19/12/2024), dalam sebuah kegiatan di luar pembelajaran ponpes.
Kasus dugaan penganiayaan ini terungkap setelah pihak keluarga korban melaporkan kejadian tersebut ke kepolisian.
Informasinya, hingga saat ini korban dalam kondisi kritis setelah dianiaya. Saat diketahui kondisinya tak sadar pasca-jadi korban penganiayaan para senior, pihak pondok langsung melarikannya ke rumah sakit.
"Luka-lukanya di sekujur badan. Di muka ada lebam dan lainnya. Nanti kami masih menunggu kesimpulan dari hasil visum dokter," ujar Kapolresta Banyuwangi, Kombes Pol Rama Samtama Putra, Rabu (1/1/2025), dikutip dari TribunJatim-Timur.com.
Dijelaskan, korban dikeroyok oleh enam orang seniornya. Empat di antara mereka berusia dewasa dan dua lainnya anak-anak.
Baca juga: Jatuh Sakit, Begini Kondisi Terbaru Annar Salahuddin Tersangka Utama Uang Palsu UIN Makassar di RS
Mereka adalah HR (17), IJ (18), MR (19), S (18), WA (15), dan Z (18). Seluruhnya telah diamankan oleh kepolisian untuk menjalani proses hukum.
"Seluruhnya telah kami tetapkan sebagai tersangka," sebut Rama.
Pihak kepolisian pun juga sedang mendalami peran masing-masing tersangka. Termasuk ada tidaknya keterlibatan pihak pondok pesantren dalam kasus tersebut.
"Apakah pihak pesantren mengetahui atau bisa dimintai pertanggung jawaban, itu masih pendalaman," jelasnya.
Polisi juga masih mendalami motif para tersangka menganiaya korban. Jika pemeriksaan telah lengkap, pihaknya berjanji untuk mengungkap detail kasusnya ke publik.
Kejadian Serupa
Dituduh mencuri handphone, seorang santri di Boyolali, Jawa Tengah, dibakar, Senin (16/12/2024) malam.
Korban berinisial SS ini dituduh mencuri handphone milik adik dari si pelaku di sebuah ruang tamu ponpes.
Usut punya usut, pelaku merupakan seorang guru.
Sementara, SS merupakan santri Pondok Pesantren atau Ponpes Darusy Syahadah, Simo, Boyolali.
Korban juga adalah santri kelas 1 Kulliyatul Mu'allimin Tahfizhul Qur'an (KMT), asal Sumbawa, NTB.
Pimpinan Ponpes Darusy Syahadah, Qosdi Ridwanullah, membenarkan insiden tersebut.
"Jadi kemarin malam ada tamu, kakak dari salah satu santri. Dia menuduh korban telah mencuri telepon genggam milik adiknya," kata Qosdi pada Selasa (17/12/2024), dilansir TribunJatim.com.
Meski sudah dijelaskan bahwa tuduhan tersebut tidak berdasar, pelaku tetap menginterogasi SS dan mengancam pakai kekerasan.
Baca juga: Kasus-kasus yang Ditangani Rudi S Gani, Pengacara di Bone yang Tewas Ditembak saat Malam Tahun Baru
Situasi semakin memanas ketika pelaku nekat menyiramkan bensin ke tubuh korban.
Tidak berhenti di situ, pelaku kemudian membakar bensin yang telah disiramkan.
Api pun melalap bagian kaki korban, menyebabkan luka bakar serius dari paha hingga ke bawah.
Sontak, hampir seluruh bagian kaki dari SS terkena luka bakar setelah disiram dan dibakar oleh tamu.
Pihak ponpes dan keluarga korban pun mengecam keras tindakan tersebut dan berharap pihak berwenang segera menindak tegas pelaku.
Kasus ini masih dalam proses penyelidikan oleh pihak kepolisian untuk mengungkap motif serta kronologi lebih lanjut.
Sementara itu, korban yang merupakan santri asal Sumbawa ini mengalami luka bakar serius.
Ia menjadi korban kekerasan berupa pembakaran oleh GSD (21), seorang tamu yang merupakan kakak dari salah satu santri di pondok pesantren tersebut.
Insiden ini terjadi pada Senin (16/12/2024) malam ketika GSD, warga Kaliwungu, Kendal, berkunjung ke ponpes.
Kedatangannya awalnya tidak menimbulkan kecurigaan.
GSD meminta adiknya memanggil SS, yang dituduh mencuri telepon genggam miliknya.
Ketegangan mulai meningkat saat GSD membawa SS ke dalam salah satu ruangan tertutup di pondok pesantren.
Dalam ruangan tersebut, ia menginterogasi SS sambil membawa sebotol bensin yang disiapkannya dalam botol bekas minuman kopi.
Menurut keterangan pihak pondok pesantren, pelaku semakin emosional selama proses interogasi.
Tanpa peduli penjelasan SS yang membantah tuduhan, GSD menyiramkan bensin ke tubuh SS.
Suasana menjadi semakin mencekam ketika GSD menyalakan korek api dan menyulut tubuh korban yang sudah basah oleh bensin.
Api dengan cepat menyebar, melukai bagian paha hingga kaki korban, juga tangan kiri, leher kanan, dan sebagian pipi kanan.
Peristiwa mengerikan ini berlangsung dalam hitungan detik sebelum korban mendapatkan pertolongan.
Insiden ini sontak menghebohkan warga ponpes dan membuat pihak pondok segera melaporkannya ke Polsek Simo.
"Pelaku langsung kami amankan setelah kejadian," ujar Kanit Reskrim Polsek Simo, Aiptu Dwi Yulianto.
Santri di Boyolali mengalami luka bakar usai disiram bensin oleh seorang tamu.
Saat ini, perkara tersebut telah dilimpahkan ke Satreskrim Polres Boyolali karena korban masih di bawah umur.
Sementara itu, korban segera dilarikan ke RSUD Simo untuk mendapatkan perawatan medis.
Dokter menyebutkan, SS mengalami luka bakar serius yang memerlukan penanganan intensif.
Pimpinan Ponpes Darusy Syahadah, Qosdi Ridwanullah menyatakan bahwa pihaknya sangat terkejut dengan kejadian tersebut.
"Awalnya kami tidak menyangka tamu tersebut memiliki niat buruk."
"Dia datang dengan dalih menuduh korban mencuri HP. Namun, tindakan seperti ini sungguh tidak bisa dibenarkan," ungkapnya.
Pihak kepolisian berjanji memproses kasus ini hingga tuntas.
Sementara masyarakat berharap, korban SS segera pulih dari luka fisik maupun trauma psikologis akibat kejadian tersebut.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunjatim-timur.com dengan judul Santri di Banyuwangi Kritis Usai Dianiaya 6 Seniornya, Kini Dirawat di RSUD Blambangan dan di TribunJatim.com dengan judul Dituduh Curi Handphone, Santri di Boyolali Disiram Bensin & Dibakar Tamu: Pelaku Seorang Guru
(Tribunnews.com/Nina Yuniar) (TribunJatim-Timur.com/Aflahul Abidin) (TribunJatim-Timur.com/Alga)