Saat pengejaran dilakukan, Aipda Syarief menuturkan mobil tersebut berjalan dengan zig-zag.
Selain itu, sopir tersebut juga tidak mengindahkan perintah dari Aipda Syarief untuk menepikan kendaraannya.
Sesampainya di dekat pintu GT Kramasan, Aipda Syarief mengaku melakukan koordinasi dengan penjaga pintu tol agar menutup plang.
Kemudian, mobil tersebut berhenti dan Aipda Syarief langsung menanyakan kelengkapan berkendara kepada sopir tersebut.
"Nah, ketika saya mendekati pintu bagian depan kanan mobil pengendara tersebut, dia sudah melakukan perekaman menggunakan handphone dan saat itu saya masih menanyakan dimana surat-surat kendaraan, SIM, STNK," ujarnya.
Lantas, sopir tersebut diminta Aipda Syarief untuk membuka kap belakang mobil untuk memperlihatkan muatan yang dibawa.
Namun, setelah itu, sopir justru kembali tancap gas setelah Aipda Syarief memintanya terlebih dahulu untuk meminggirkan mobil.
"Lalu dia turun dan menunjukkan isi muatannya di buka, dan saya mengarahkan kembali meminggirkan mobil karena menghalangi jalan kendaraan lainnya. tetapi dia masuk kembali ke mobil langsung tancap gas masuk ke jalan tol," bebernya.
Terkait ucapannya yang menyebut ada sabu di dalam mobil tersebut, Aipda Syarief membantah bahwa hal itu adalah bentuk menuduh.
Dia mengatakan bahwa dirinya hanya curiga atas muatan yang dibawa oleh sopir tersebut.
"Saya tidak menuduh tapi saya mencurigai, karena muatannya itu tertutup box dan tidak terlihat dari luar apa isi sebenarnya dalam box tersebut. Sempat melakukan pemeriksaan dan tidak ditemukan barang yang dimaksud," tegasnya.
Hingga kini, Aipda Syarief juga tidak mengetahui identitas dari sopir tersebut. Dia hanya tahu pelat nomor dari mobil yang dikendarai terduga pelanggar.
"Sampai sekarang tidak tau siapa identitasnya dan hanya mengetahui plat nomor kendaraan dibawanya saja, karena saat itu langsung kabur masuk kedalam jalan tol," tuturnya.
Sebagian artikel telah tayang di Tribun Sumsel dengan judul "Pengakuan Aipda Syarief, Polisi Viral Cegat dan Sebut Sopir Angkut Pisang Bawa Sabu di Tol Keramasan"
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Tribun Sumsel/Andyka Wijaya)