Ketika gerhana bulan, penurunan temperaturnya begitu drastis seakan-akan permukaan Bulan berubah dari sepanas oven menjadi sedingin freezer hanya dalam beberapa jam.
Hasil pengamatan dalam kondisi ini akan membantu mereka memahami karakteristik regolit — yaitu campuran tanah dan batuan di permukaan Bulan — dan perubahannya dari waktu ke waktu.
Selama gerhana, para ilmuwan juga akan mengamati Bulan dengan menggunakan kamera termal, mempelajari wilayah yang biasanya tak terlihat.
Sementara di Indonesia, gerhana bulan lebih dijadikan sarana edukasi.
Lapan membuka fasilitasnya bagi masyarakat yang ingin melihat gerhana lewat teleskop di beberapa daerah antara lain Bandung, Sumedang, Garut, Pasuruan, Biak, Pontianak, dan Bukittinggi.
Di Jakarta, Planetarium Taman Ismail Marzuki dan Taman Mini Indonesia Indah juga akan khusus dibuka di malam gerhana.
Thomas mengatakan, dahulu gerhana bulan sering dimanfaatkan untuk penelitian kualitas udara; contohnya ketika gunung Tambora meletus pada 1815. Tapi sekarang para ilmuwan menggunakan metode lain yang lebih mangkus untuk mengukur kualitas udara global.
Berita Populer
Berita Terkini
-
Cara Lihat Puncak Hujan Meteor Quadrantid 3-4 Januari 2025 Tanpa Alat
-
Tahun 2025 Banyak Fenomena Benda Langit Muncul di Indonesia, Okultasi Bintang Hingga Parade Planet
-
Fenomena Parade Planet Terjadi 20 Januari 2025, Jupiter Hingga Saturnus Bisa Dilihat Mata Telanjang
-
Guru Besar Kimia UI Beberkan Cara Tangani Tumpahan Soda Api Seperti Insiden di Padalarang
-
10 Fenomena Astronomi 2025, Ada Okultasi Bintang, Gerhana Bulan, hingga Hujan Meteor