TRIBUNNEWS.COM - Fenomena 'super blue blood moon' dimana tiga fenomena bulan (supermoon, bulan biru, dan gerhana) berlangsung dalam satu waktu akan terjadi malam ini (31/1/2018).
Tak sedikit orang yang menyambutnya dengan antusias.
Ada yang berkunjung ke planetarium, ada pula yang berniat mengabadikannya melalui lensa kamera.
Namun, besarnya antusiasme tersebut juga menyimpan bahaya jika tidak diiringi pengetahuan yang baik, sebab dapat membahayakan mata kita.
Menyaksikan gerhana sama saja seperti menyaksikan sinar matahari dengan waktu yang lama.
Kondisi mata saat melihat gerhana sama seperti saat kita berada dalam kegelapan. Pupil mata akan melebar untuk menangkap cahaya sebanyak mungkin.
Paparan sinar matahari yang masuk ke mata bisa menyebabkan kerusakan retina mata, atau bisa juga disebut solar retinopathy.
Gejala retinopathy adalah munculnnya titik hitam yang selalu terlihat dalam pandangan mata. Bila gejala itu muncul, akan sulit untuk menyembuhkannya.
Kondisi gerhana yang paling berbahaya untuk mata adalah ketika piringan bulan sudah bergeser setelah melewati fase totalitas.
Intensitas cahaya perlahan akan bertambah, dan sinar ultraviolet yang dipancarkan akan merusak mata bila nekat diamati dengan mata telanjang.
Baca: Selain Salat, Umat Muslim Dianjurkan Lakukan Amalan Ini Saat Terjadinya Gerhana Bulan
Menurut kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djallaludin, menatap gerhana yang aman adalah dengan memakai kacamata khusus.
“Kalau mau melihat matahari agak lama, amannya pakai kacamata dengan filter Natural Density 5,” katanya.
Kacamata itu aman dipakai karena bisa mereduksi pancaran sinar matahari hingga 100.000 kali sinar matahari.
Pemakaian kacamata khusus sangat disarankan bila gerhana belum menuju fase totalitasnya, karena intensitas pancara cahaya cukup tinggi.
Saat fase totalitas berlangsung, boleh melepas kacamata agar melihat korona secara sempurna.
Namun, harus segera dipakai kembali saat gerhana mulai beralih. (Eunike Iona Saptanti)