TRIBUNNEWS.COM - Cuaca panas menerpa wilayah Jakarta selama beberapa hari terakhir.
Mengutip situs accuweather, suhu udara tertinggi di Jakarta sejak awal Oktober berada di kisaran 33 hingga 35 derajat celcius.
Kepala Bagian Humas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Jatmiko mengatakan, fenomena tingginya suhu udara di Jakarta merupakan fenomena yang alamiah terjadi.
"Fenomena cuaca panas dan terik merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi. Kejadian cuaca panas dan terik lebih sering terjadi pada pada bulan-bulan puncak musim kemarau dan masa pancaroba," kata Hary, kepada Kompas.com, Kamis (11/10/2018).
Baca: Beredar Pesan Gempa Susulan 7,5 SR Pukul 22.30 Seusai Gempa Situbondo, BMKG: Sudah Jelas Itu Hoax
Hary menuturkan, ada dua faktor yang menyebabkan tingginya suhu udara tersebut.
Faktor pertama adalah gerak semu matahari yang kini berada di sekitar khatulistiwa.
"Sehingga radiasi matahari yang masuk cukup optimum. Hal ini ditandai dengan hasil monitoring suhu udara maksimum berkisar antara 34,0-37,5 derajat celcius," kata Hary.
Hary menyebut, angka tersebut masih terbilang normal dalam data klimatologis selama 30 tahun terakhir.
Faktor kedua, lanjut Hary, yakni aliran udara dingin dan kering yang berasal dari Australia menuju wilayah Indonesia.
"Aliran massa udara dingin dan kering yang bergerak dari Australia menuju wilayah Indonesia sebelah selatan khatulistiwa, terutama di sekitar Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara," kata dia.
Hary menuturkan, aliran massa udara itu menyebabkan rendahnya kelembaban udara yang kini berada di bawah angka 60 persen di ketinggian 3-5 kilometer di atas permukaan.
Baca: Musim Hujan Menyapa Indonesia, BMKG Himbau Waspada Cuaca Ekstrim
Hary menambahkan, cuaca panas yang terjadi di Jakarta juga berlangsung di sepanjang Pulau Jawa, Bali, hingga wilayah Nusa Tenggara.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com berjudul "Penjelasan BMKG soal Cuaca Panas di Jakarta"