TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Bob Mosley, Director of Asia Pacific Cities Program dari The Nature Conservancy menyatakan, dalam 60 sampai 70 tahun terakhir, hampir seluruh kota di dunia tumbuh dan berkembang dengan mengabaikan alam. Kini, kita tengah menanggung akibatnya.
Mengutip riset The Nature Conservancy (TNC), sebuah organisasi konservasi alam yang bekerja di 72 negara, tahun 2018, di 2050 nanti kawasan urban diperkirakan bertambah 1,2 juta kilometer persegi; atau sama dengan luas wilayah Sumatera dan Kalimantan jika disatukan.
Salah satu dampak utama dari pertumbuhan wilayah kota ini adalah hilangnya habitat alami.
Di periode 1992-2000, pertumbuhan kota mengakibatkan hilangnya habitat alami seluas 190,000 kilometer persegi.
Kondisi ini masih akan bertambah karena pada 2030 sebanyak 290.000 kilometer habitat alami diperkirakan akan hilang.
Hilangnya habitat alami ini diperkirakan melepaskan 4,35 miliar metrik ton karbondioksida yang tersimpan di dalamnya. Jumlah yang sama dengan yang dikeluarkan oleh 931 juta mobil dalam setahun.
Dampaknya, pemanasan global kian cepat, wilayah perkotaan pun menghadapi isu yang hampir seragam, seperti kualitas udara yang buruk, urban heat island, kelangkaan air bersih, dan sumber pangan.
Solusi dari alam
Bob menyatakan, semua problematika tersebut bisa disiasati dengan memanfaatkan kembali sumber daya alam. “Alam bisa menjadi satu-satunya solusi atau bagian dari sebuah solusi yang bekerja efektif, sekaligus hemat biaya,” ujar Bob.
Dalam mengatasi polusi udara misalnya, Bob menyatakan penanaman pohon dapat menghasilkan return of investment (ROI) yang terbilang paling tinggi dibandingkan cara-cara lain yang biasa dilakukan, yakni lebih dari 10,000 dolar AS per ton per tahun.
Angka ini hampir serupa dengan solusi mengatur transportasi yang jamak dilakukan. Selain itu, penanaman pohon ini juga efektif mengurangi suhu panas akibat terciptanya urban heat island dengan ROI hampir 1,000 dolar AS per derajat celsius per tahun.
Baca: Jokowi Tak Menjawab Pertanyaan Wartawan tentang Penangkapan Musisi Ananda Badudu
“Di antara 245 kota yang diteliti oleh TNC pada 2016, Jakarta termasuk kota yang memiliki ROI tinggi untuk penanaman pohon. Ini karena Jakarta memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi sehingga manfaat dari pohon untuk manusia di sekitarnya pun tinggi,” ujar Rizal Algamar, Direktur Eksekutif Yayasan Konservasi Alam Nusantara, afiliasi dari TNC (YKAN|TNC).
Baca: Fahri Hamzah dan Budiman Sudjatmiko Resmi Angkat Koper dari Senayan
Manfaat dari penanaman pohon ini menurut Rizal juga memberi efek besar terhadap kesehatan, rendahnya tingkat kematian, dan pada akhirnya pada tingkat kesejahteraan warga di sekitarnya.
Studi ini juga tengah dikembangkan di Indonesia agar mendapat solusi yang paling tepat dalam penanaman pohon dan penciptaan kota yang sehat.
Ini termasuk untuk menentukan jenis pohon, teknik penanaman, maupun mengidentifikasi wilayah penanaman mengingat setiap wilayah akan memberikan dampak dan tingkat ROI yang berbeda.
“Jakarta adalah contoh yang tepat untuk menerapkan solusi alam dalam mengatasi masalah perkotaan. Di Jakarta, TNC sudah mengembangkan water funds untuk mengatasi kelangkaan air. Cara lainnya adalah restorasi ekosistem mangrove,” ungkap Bob.
Restorasi ekosistem mangrove saat ini tengah berlangsung di pesisir utara Jakarta, yakni Kelompok Hutan Angke Kapuk yang terdiri dari Suaka Margasatwa Muara Angke, Taman Wisata Alam Angke Kapuk, dan Hutan Lindung.
Ekosistem mangrove diketahui mampu menyerap 1.000 ton karbon per hektar.
Area ini berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir yang melindungi wilayah perkotaan dari ancaman banjir rob, erosi, tsunami, maupun sebagai penyaring air bersih, area pembibitan yang penting bagi ikan dan invertebrata, serta menjadi sumber pangan maupun perekonomian masyarakat sekitarnya.
Bob menekankan, alam tidak melulu bicara tentang pegunungan, hutan, atau laut lepas. Perkotaan pun mencakup unsur alam, sehingga unsur alam selaiknya menjadi bagian yang tak terlepaskan dalam rancang bangun infrastruktur dan pengembangan wilayah perkotaan.
Yayasan Konservasi Alam Nusantara, afiliasi dari The Nature Conservancy (YKAN|TNC), adalah sebuah organisasi yang mempunyai misi melindungi daratan dan perairan yang menjadi sandaran kehidupan. YKAN|TNC merupakan organisasi berbasis ilmiah yang telah berpengalaman melakukan konservasi di seluruh dunia sejak 1951. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.sayasigap.org.
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
Maria Adityasari
Communications Manager
YKAN | TNC
maria.adityasari@tnc.org