TRIBUNNEWS.COM - Mulai Selasa (14/7/2020) hari ini, matahari akan tepat berada di atas Kabah pukul 16.27 WIB.
Momen tahunan ini akan berlangsung hingga tiga hari ke depan, yaitu hingga Kamis (16/7/2020).
Dengan adanya fenomena matahari akan berada di atas Kabah, ini menjadi kesempatan umat Islam untuk menentukan atau mengecek arah kiblat.
Waktu puncak matahari di atas Kabah terjadi pada Rabu (15/7/2020) pukul pukul 16.27 WIB atau pukul 17.27 WITA.
Sayangnya, peristiwa tersebut hanya berlaku untuk Indonesia bagian Barat dan Tengah bagian Barat.
Mengutip dari keterangan BMKG, untuk Indonesia bagian Timur (juga sebagian Indonesia Tengah bagian Timur) penentuan arah kiblat dapat dilakukan saat Matahari di atas di antipoda Kabah (sebalik arah Kabah).
Fenomena ini akan terjadi pada 28 November 2020 pukul 06.09 WIT.
Baca: Hari Ini Matahari Tepat diatas Kabah, Begini 5 Cara Cek Arah Kiblat yang Tepat
Baca: Matahari Tepat di Atas Kabah 27 dan 28 Mei, Berikut Cara Mengecek Arah Kiblat
Lantas, bagaimana cara menentukan arah kiblat secara tepat dan benar saat matahari di atas Kabah.
Masih dari BMKG, ada lima cara yang bisa dilakukan umat Islam untuk menentukan arah kiblat dengan benar.
Berikut cara cara menentukan arah kiblat secara tepat dan akurat menurut BMKG:
1. Sesuaikan jam yang akan digunakan untuk kalibrasi arah kiblat ini dengan jam atom bmkg di http://jam.bmkg.go.id atau http://ntp.bmkg.go.id.
2. Gunakan alat yang dapat dijadikan tegak lurus pada tanah yang datar untuk kalibrasi arah kiblat ini.
Alat ini bisa berupa bandul yang digantung atau tiang pancang atau dinding bangunan yang benar-benar tegak lurus terhadap tanah yang datar.
3. Lakukan proses kalibrasi sejak 5 menit sebelum waktu yang ditentukan di atas hingga 5 menit sesudahnya, dengan puncak kalibrasi pada waktu-waktu di atas.
4. Perhatikan arah bayangan yang terjadi pada alat yang digunakan untuk kalibrasi arah kiblat ini.
5. Tarik garis dari ujung bayangan hingga ke posisi alat.
Garis yang ditarik itulah arah kiblat yang sudah dikalibrasi dengan posisi Matahari saat tepat berada di atas Kabah.
Sementara itu, berikut cara cek arah kiblat secara sederhana:
1. Cari tempat terbuka dan berpermukaan datar.
2. Siapkan tongkat yang lurus
3. Tancapkan tongkat tersebut tegak secara tegak lurus
4. Jika tidak ada tongkat yang bisa ditancapkan secara tegak lurus, bisa gunakan tali yang diberi bandul
5. Ikat di tempat yang lebih tinggi.
6. Pastikan seluruh tali terkena sinar matahari
"Maka arah yang kita tancapkan atau tali yang kita kasih bandul itu nanti bayangannya akan mengarah ke kiblat," kata ahli ilmu falak dari IAIN Surakarta, Dr Muh Nashirudin MA MAg saat dihubungi Tribunnews, beberapa waktu lalu.
Terjadi 2 Kali dalam Setahun
Fenomena matahari di atas Kabah yang terjadi mulai Selasa hari ini bukanlah yang pertama kali.
Sebelumnya, fenomena serupa pernah terjadi pada mulai 27 hingga 28 Mei 2020 pukul 16.18 WIB.
Peristiwa ini dikenal dengan nama a'dham atau rashdul qiblah, yaitu waktu matahari di atas Kabah di mana bayangan benda yang terkena sinar matahari menunjuk arah kiblat.
"Saat itu, bayang-bayang benda yang berdiri tegak lurus, di mana saja, akan mengarah lurus ke Kabah," ujar Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama, Agus Salim, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (26/5/2020).
Agus mengatakan, rashdul qiblah atau a’dham adalah momen yang tepat untuk mengecek arah kiblat salat umat Muslim, yakni dengan menyesuaikan sudut arah kiblat dengan arah bayang-bayang benda saat rashdul qiblah.
Arah kiblat adalah salah satu prasyarat dalam menjalankan ibadah salat.
Sebab syarat sah dalam menunaikan kewajiban bagi umat Islam ialah berdiri menghadap kiblat.
Bagi mereka yang tinggal di Mekkah, tidak terlalu sulit untuk menentukan arah kiblat, sebab di situlah letak Kabah berada.
Dipaparkan oleh BMKG, berdasarkan data astronomi, pada saat fenomena alam a’dham atau rashdul qiblah terjadi, posisi lintang Kabah yang lebih kecil dari nilai deklinasi (sudut) maksimum matahari.
Hal ini menyebabkan matahari dapat melewati Ka’bah sehingga pengukuran arah kiblat akan lebih akurat jika dibandingkan dengan metode lain, seperti menggunakan kompas atau GPS.
Untuk mengecek kembali arah kiblat dapat menggunakan sebuah batang.
"Kita bisa mencoba mengukur dengan menancapkan tiang pada permukaan tanah yang datar."
"Kalau misalkan ada bayangan, maka dari bayangan tiang itu sampai ke tiang adalah arah kiblatnya," kata Kepala Bidang Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Hendra Suwarta, Selasa (26/5/2020).
"Jadi kalau tiang kita tancapkan, kemudian ada bayangan berkat sinar matahari. Nah, dari titik bayangan yang di tanah itu sampai ke tiang, itulah arah kiblat kita. Itu yang tepat," katanya lebih lanjut.
Jika arah kiblat yang ditentukan dari arah bayangan tiang tersebut berbeda dengan arah kiblat di masjid, maka masyarakat, cukup memiringkan arah sajadah sesuai dengan arah yang ditentukan dari bayangan tersebut.
"Jadi kalau memang ada penyimpangan agak melenceng sedikit, masjidnya, bukan berarti masjidnya harus dirobohkan. Tidak. Hanya sajadah saja dimiringkan dengan kondisi bayangan yang kita lihat besok itu," katanya.
Namun, jika matahari tidak terlihat sehingga tidak bisa memunculkan bayangan, masyarakat bisa menentukan arah kiblatnya dengan menggunakan aplikasi arah kiblat.
"Kalau di aplikasi menggunakan perhitungan manusia. Hitung-hitungannya itu diketahui dari koordinat di Ka’bahnya dan koordinat di tempat kita, masjid kita."
"Nah, arah koordinat itu bisa dihitung antara koordinat itu bisa dihitung dengan rumusan," kata Hendra.
"Itu aplikasi dari rumusan yang dihitung manusia. Walaupun koreksinya memang tidak terlalu besar, tetapi sudah bisa benar."
"Hanya saja kalau mau lebih mantap bisa dengan menggunakan alam karena Allah SWT yang tentukan," katanya.
(Tribunnews.com/Sri Juliati/Renald/Gilang/Hendra Gunawan)