TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah tengah mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana alam menyusul peringatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) soal fenomena La Nina yang akan menerjang Samudera Pasifik, termasuk Indonesia. Fenomena La Nina ini akan memicu curah hujan naik 20-40 persen.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan, sebelum mengeluarkan peringatan fenomena La Nina.
Pihaknya lebih dulu telah mengeluarkan peringatan dini datangnya musim hujan lebih awal di sejumlah daerah. ”Tanpa La Nina pun wilayah Jawa itu untuk bulan Desember curah hujannya sudah tinggi.
Baik Sumatera bagian barat, Sumatera Barat sampai Lampung, kemudian Aceh, curah hujan diprediksi tinggi meski tak kena La Nina,” kata Dwikorita usai rapat terbatas dengan Presiden Jokowi secara virtual, Selasa
(13/10/2020).
Baca juga: Antisipasi Dampak La Nina, Luhut Binsar Imbau Masyarakat Pantau Peringatan Dini dari BMKG
Baca juga: Musim Hujan Tiba, Simak Tips Perawatan Rem Motor Demi Keselamatan Berkendara
BMKG juga sudah membuat pemetaan daerah-daerah mana saja yang saat ini sudah memiliki curah hujan di atas normal atau di luar kewajaran. BMKG memprediksi, setidaknya sebanyak 27,5 persen wilayah di Indonesia akan memiliki curah hujan lebih tinggi dari biasanya.
”Dalam prediksi, kurang lebih 27,5 persen wilayah di Indonesia yang akan mengalami hujan yang di atas normal, artinya di luar kewajaran. Daerah 27,5 persen itu antara lain beberapa wilayah di Sumatera, misalnya di Lampung, Sumsel, Sumbar, sebagian Bengkulu dan Riau, sebagian Sumut dan Aceh," jelas Dwikorita.
Dijelaskan, di Sulawesi sudah mulai terpantau curah hujan yang intensitasnya tinggi hingga sangat inggi. Dan juga di Jawa Barat sudah mulai terpantau," imbuh dia.
Dwikorita menjelaskan, fenomena La Nina ini berpotensi meningkatkan curah hujan di wilayah-wilayah terdampak. Khususnya pada bulan November 2020 sampai April 2021, curah hujan dengan intensitas tinggi akan merata terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia, kecuali Sumatera.
"Oktober sampai November, terutama Jawa sampai Nusa Tenggara, Sulawesi terutama bagian selatan, tengah. Dan Kalimantan Tengah, Kepulauan Maluku dan Papua bagian barat termasuk Maluku Utara. Kemudian di bulan Desember, terlihat terutama di wilayah Indonesia tengah dan utara," ucapnya.
Sementara sebagian besar wilayah Sumatera tidak akan terdampak fenomena La Nina karena kondisi tingginya curah hujan di sana lebih diakibatkan oleh kondisi topografi lokal. Kondisi yang sama juga terjadi di Papua bagian timur yang tidak akan terlalu kena dampak La Nina.
Produksi Pertanian
Sebelumnya Presiden Joko Widodo dalam pengantar Rapat Terbatas bertema 'Antisipasi Bencana Hidrometeorologi' itu meminta berbagai pihak melakukan langkah antisipasi bencana akibat La Nina.
Jokowi juga memerintahkan jajaran menterinya untuk mengantisipasi dampak fenomena La Nina terhadap produksi pertanian di dalam negeri.
”Saya ingin agar kita semua menyiapkan diri mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi dan juga dampak dari La Nina ini terhadap produksi pertanian agar betul betul dihitung," kata Jokowi dikutip dari kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (13/10/2020).
Selain itu, Jokowi juga meminta 'anak buahnya' mengantisipasi dampak dari kenaikan curah hujan akibat fenomena La Nina terhadap sektor perikanan dan perhubungan.