TRIBUNNEWS.COM - Diperkirakan benda langit 2020 SO akan melintasi bumi dalam jarak yang dekat pada hari ini, Selasa (1/12/2020).
Benda langit dengan panjang enam meter ini akan melewati bumi dengan jarak hanya sekira 50.000 kilometer.
Benda langit 2020 SO diduga kuat bukan asteroid.
Dikutip dari Nasa.gov, 2020 SO dicurigai sebagai pendorong roket tingkat atas Centaur yang membantu mengangkat pesawat ruang angkasa Surveyor 2 NASA yang diluncurkan pada September 1966.
Baca juga: Kamera Satelit Google Earth Rekam Objek Aneh Sepanjang 4 Ribu Kilometer di Langit
Para astronom di Pan-STARRS yang menemukan objek misterius ini memperhatikan bahwa objek ini mengikuti jalur yang sedikit melengkung di langit, yang merupakan tanda kedekatannya dengan Bumi.
Kelengkungan yang terlihat disebabkan oleh rotasi di sekitar poros bumi saat berputar.
Sementara para ilmuwan di Center for Near-Earth Object Studies (CNEOS) di Jet Propulsion Laboratory NASA, California Selatan, melihat orbit objek tersebut dan menduga itu bukan asteroid biasa.
Sebagian besar orbit asteroid lebih memanjang dan miring.
Orbit 2020 SO mengelilingi Matahari sangat mirip dengan Bumi.
Baca juga: Asteroid Besar Disebut Akan Dekati Bumi Bulan Depan, NASA: Besarnya Lebih dari Piramida Mesir
Kemiripan ini sangat tidak biasa untuk asteroid alami.
Ketika para astronom di Pan-STARRS di seluruh dunia melakukan pengamatan tambahan pada SO 2020, data tersebut juga mulai mengungkapkan sejauh mana radiasi Matahari mengubah lintasan SO 2020.
Hasilnya memperkuat bahwa SO 2020 bukan asteroid.
Tekanan yang diberikan oleh sinar matahari kecil tapi terus menerus, dan memiliki efek yang lebih besar pada benda berlubang daripada benda padat.
Roket bekas pada dasarnya adalah tabung kosong dan oleh karena itu merupakan benda memiliki kepadatan rendah dengan luas permukaan yang besar.
"Tekanan radiasi matahari adalah gaya non-gravitasi yang disebabkan oleh foton cahaya yang dipancarkan oleh Matahari mengenai benda alami atau buatan."
"Akselerasi yang dihasilkan pada objek bergantung pada apa yang disebut rasio area-massa, yang lebih besar untuk objek kecil dan ringan, dengan kepadatan rendah," kata Davide Farnocchia, insinyur navigasi di JPL, yang menganalisis lintasan SO 2020 untuk CNEOS.
Dampak dari Tekanan radiasi matahari menjadi bukti dan mengkonfirmasi sifat kepadatan rendah 2020 SO.
Baca juga: Asteroid Seluas 6 Lapangan Bola Melintasi Bumi Hari Ini, Apa Dampaknya Terhadap Bumi?
Misi Surveyor 2 NASA
Roket Atlas-Centaur diluncurkan ke bulan pada 20 September 1966 sebagai misi Surveyor 2.
Misi ini dirancang untuk mengintai permukaan bulan sebelum misi Apollo yang mengarah pada pendaratan berawak pertama di bulan pada tahun 1969.
Tak lama setelah lepas landas, Surveyor 2 memisahkan diri dari pendorong tingkat atas Centaur.
Tetapi kendali atas pesawat ruang angkasa itu hilang sehari kemudian ketika salah satu pendorongnya gagal menyala.
Pesawat ruang angkasa itu jatuh ke Bulan tepat di tenggara kawah Copernicus pada tanggal 23 September 1966.
Sementara itu, roket tingkat atas Centaur yang telah dihabiskan, berlayar melewati Bulan dan hilang.
Baca juga: LAPAN: Suara Dentuman Misterius di Jawa Tengah Bukan dari Asteroid
Direktur CNEOS Paul Chodas mencurigai bahwa SO 2020 adalah sisa-sisa misi lama.
Chodas menemukan bahwa SO 2020 telah mendekati Bumi beberapa kali selama beberapa dekade.
Pendekatan SO 2020 pada akhir 1966, menurut analisisnya, cukup dekat sehingga mungkin berasal dari Bumi.
"Salah satu jalur yang memungkinkan untuk SO 2020 membawa objek tersebut sangat dekat dengan Bumi dan Bulan pada akhir September 1966."
"Itu seperti momen eureka ketika pemeriksaan cepat tanggal peluncuran untuk misi bulan menunjukkan kecocokan dengan misi Surveyor 2," kata Chodas.
Dikutip dari Kompas.com, Astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo juga menduga kuat bahwa 2020 SO bukan asteroid, melainkan sampah antariksa roket tingkat 2 (Centaur) dari misi antariksa tak-berawak Surveyor 2 yang ditujukan ke Bulan.
Marufin mengatakan ada beberapa kejanggalan yang membuatnya yakin bahwa 2020 SO berbeda dengan asteroid pada umumnya.
1. Orbitnya aneh
Marufin berkata, kecurigaan benda langit yang satu ini bukanlah asteroid dikarenakan 2020 SO memiliki orbit yang aneh.
"Berbeda dengan orbit asteroid-asteorid dekat Bumi pada umumnya," kata Marufin kepada Kompas.com, Senin (30/11/2020).
2020 SO juga memiliki periode revolusi 384 hari, dan hanya sedikit berbeda dengan periode revolusi Bumi yaitu 365 hari.
Lalu, kata dia, kemiringan atau inklinasi orbitnya juga mencurigakan karena sangat kecil yaitu mendekati 0 derajat.
"Artinya orbit 2020 SO hampir berimpitan dengan orbit Bumi," jelasnya.
Sejak Oktober 2020 hingga Mei 2021 mendtanag, 2020 SO terjebak dalam lingkungan gravitasi Bumi dan dipaksa untuk menjadi satelit dengan orbit yang sangat chaos.
Sehingga, 2020 SO akan mendekati Bumi hingga 2 kali, masing-masing di awal Desember 2020 dan awal Februari 2021 kelak.
2. Perilaku 2020 SO berbeda dengan asteroid lain
"Perilaku 2020 SO sendiri tak pernah dijumpai pada asteroid-asteroid lainnya," ujarnya.
Saat ini 2020 SO mendekati Bumi, namun dengan kecepatan relatif sangat lambat, yaitu hanya 0,84 meter per detik.
Sementara, asteroid-asteroid dekat Bumi umumnya melintas dekat dengan kecepatan di atas 10 kilometer per detik.
3. Cocok dengan misi surveyor-2
Menurut Marufin, saat orbit 2020 SO diintegrasikan balik ke masa silam, ditemukan bahwa 54 tahun silam, 2020 SO berada pada posisi yang sangat dekat dengan Bumi.
"Jauh lebih dekat dibanding saat ini. Makanya mengesankan kalau itu benda buatan manusia," ucap dia.
Untuk diketahui, saat posisi 54 tahun silam diperbandingkan dengan parameter misi-misi antariksa tak berawak yang sudah diluncurkan pada saat itu, Marufin menegaskan, ketemu satu yang cocok yaiitu misi Surveyor-2.
Surveyor-2 diluncurkan pada 20 September 1966.
Cara melihatnya
Magnitudo 2020 SO saat di titik terdekat ke Bumi hanya +14, menjadikan keterangannya seredup planet-kerdil pluto.
Sehingga untuk dapat mengamatinya, Anda membutuhkan teleskop dengan cermin atau lensa berdiamater minimal 80 cm untuk melihatnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bergerak Mendekati Bumi, Benda Langit 2020 SO Bukan Asteroid, Apa Itu?"
(Tribunnews.com/Fajar)(Kompas.com/Ellyvon Pranita)