TRIBUNNEWS.COM - Berikut adalah penjelasan mengenai Tripel Konjungsi Bulan, Jupiter dan Saturnus.
Dikutip dari Planetarium, konjungsi dalam Astronomi merupakan kesearahan lokasi benda langit apabila diamati dari Bumi.
Hal tersebut terjadi karena posisi bulan, bintang, dan planet dalam sistem tata surya memang selalu bergerak mengelilingi matahari pada bidang orbitnya.
Baca juga: Mengenal Fenomena Cuaca Ekstrem Seroja di NTT, Apa dan Bagaimana Dampaknya?
Baca juga: Konjungsi Tripel Bulan, Jupiter dan Saturnus, Bisa Diksaksikan Malam Ini
Sifat konjungsi pun kadang istimewa, karena terjadi dalam periode yang lama, kadang merupakan suatu yang rutin terjadi.
Dikutip dari lapan.go.id, Bulan akan mengalami tripel konjungsi dengan Jupiter dan Saturnus selama tiga hari berturut-turut, mulai tanggal 6 hingga 8 April 2021.
Fenomena alam ini dapat disaksikan di arah timur-tenggara dekat konstelasi Capricornus sejak pukul 03.00 waktu setempat hingga fajar bahari berakhir.
Magnitudo Jupiter sedikit bervariasi antara -2,08 hingga -2,09, sedangkan magnitudo Saturnus konstan di angka +0,75.
Bulan, berfase sabit akhir ketika konjungsi tripel dengan iluminasi bervariasi antara 34,4 persen sampai 15,8 persen.
Baca juga: 5 Fenomena Langit 1-15 April 2021, Mulai Konjungsi Bulan-Antares hingga Apoge Bulan
Baca juga: Penjelasan BMKG Terkait Viral Meteor Bersinar di Langit Banggai Sulteng
Fenomena Astronomi Sepanjang Bulan April 2021
Selain Konjungsi Tripel Bulan, Jupiter dan Saturnus, LAPAN menjelaskan ada fenomena lain yang sudah dan akan terjadi sepanjang April 2021:
1. Konjungsi Bulan-Antares: 1-2 April
Pada awal bulan, bagi Anda penikmat astronomi, bisa menyaksikan peristiwa alam berupa puncak konjungsi Bulan-Antares.
Fenomena ini terjadi pada 2 April 2021 pukul 03.49 WIB, untuk Indonesia bagian tengah pukul 04.49 WITA, dan Indonesia bagian timur pada pukul 05.49 WIT.
2. Fase Bulan Perbani Akhir: 4 April
Fase perbani akhir adalah salah satu fase Bulan ketika konfigurasi antara Matahari, Bumi, dan Bulan membentuk sudut siku-siku (90 derajat) dan terjadi setelah fase Bulan Purnama.
Puncak fase perbani akhir terjadi pukul 17.02 WIB atau 18.02 WITA atau 19.02 WIT.
Bulan perbani akhir ini dapat dilihat saat terbit sebelum tengah malam dari arah timur-tenggara, berkumulasi di arah selatan menjelang terbit Matahari dan kemudian terbenam di arah barat-barat daya sekitar tengah hari.
3. Fase Bulan Baru dan Konjungsi (Tripel) Bulan-Venus-Matahari: 12 April
Fase Bulan baru disebut juga konjungsi solar Bulan adalah konfigurasi ketika Bulan terletak di antara Matahari dan Bumi dan segaris dengan Matahari dan Bumi.
Mengingat orbit Bulan yang membentuk sudut 5,1 derajat terhadap ekliptika, bayangan Bulan tidak selalu jatuh di permukaan Bumi ketika fase Bulan baru, sehingga fase Bulan baru tidak selalu beriringan dengan gerhana Matahari.
Fase Bulan baru kali ini terjadi pada 12 April, tepatnya pukul 09.30 WIB atau 10.30 WITA, atau 11.30 WIT dengan jarak 403.642 km dari Bumi (geosentrik) dan terletak di konstelasi Pisces.
4. Apoge Bulan: 15 April
Apoge Bulan adalah konfigurasi saat Bulan terletak paling jauh dengan Bumi.
Hal ini disebabkan oleh orbit Bulan yang berbentuk elips terhadap Bumi.
Apogee Bulan dapat diamati ketika terbit pukul 11.00 waktu setempat dari arah Timur-Timur Laut, berkulminasi di arah utara sekitar pukul 17.00 waktu setempat dan kemudian terbenam di arah barat-barat laut sekitar pukul 23.00 waktu setempat.
Bulan berjarak 406.137 km dari Bumi dan berada di sekitar konstelasi Aries dengan iluminasi 6,1 persen (sabit awal) ketika apogee.
5. Okultasi Mars oleh Bulan: 17 April
Setelah Apoge Bulan, berikutnya ada okultasi Mars oleh Bulan yang merupakan fenomena astronomi ketika Mars melintasi di belakang Bulan sehingga tampak tertutupi oleh Bulan.
Hal itu dikarenakan jarak Mars ke Bumi lebih jauh dibandingkan dengan jarak Bumi ke Bulan.
Secara global, okultasi Mars oleh Bulan terjadi pada 17 April mulai pukul 16.25 WIB hingga 21.35 WIT.
Wilayah yang dapat menyaksikan fenomena alam ini, India bagian timur, Sri Lanka, Nepal, Bangladesh, Myanmar, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Indonesia bagian barat.
Sedangkan di Indonesia, Okultasi Mars ini dapat disaksikan di Sumatera, Kalimantan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.
6. Konjungsi Superior Merkurius: 19 April
Merkurius mengalami konjungsi superior pada 19 April pukul 08.56 WIB.
Lapan menjelaskan, konjungsi superior Merkurius adalah konfigurasi yang berlaku khusus pada Merkurius dan Venus, yakni ketika Merkurius, Matahari, dan Bumi terletak pada satu garis lurus dan Merkurius membelakangi Matahari.
Konjungsi superior ini menandai pergantian ketampakan Merkurius yang semula ketika fajar menjadi senja.
7. Konjungsi Bulan-Pollux: 19 April
Pada tanggal yang sama, berlangsung puncak konjungsi Bulan-Pollux tepatnya pada pukul 01.18 WIB atau 02.18 WITA atau 03.18 WIT.
Akan tetapi, fenomena alam ini sudah bisa disaksikan sehari sebelumnya saat fajar bahari dari arah utara-barat laut hingga sebelum tengah malam dari arah barat-barat laut.
8. Fase Bulan Perbani Awal: 20 April
Fase perbani awal adalah salah satu fase Bulan ketika konfigurasi antara Matahari, Bumi, dan Bulan membentuk sudut siku-siku dan terjadi sebelum fase bulan Purnama.
Puncak fase bulan perbani awal pada pukul 13.58 WIB atau 14.58 WITA atau 15.58 WIT.
Lapan mengatakan fenomena alam ini dapat disaksikan ketika terbit 30 menit setelah tengah hari dari arah timur-timur laut, berkulminasi di arah utara ketika senja bahari dan kemudian terbenam di arah barat-barat laut 30 menit setelah tengah malam.
9. Konjungsi Merkurius-Venus: 21-30 April
Merkurius akan mengalami konjungsi dengan Venus selama 10 hari berturut-turut.
Sudut pisah Merkurius-Venus awalnya sebesar 4,02 derajat, kemudian mengecil hingga mencapai 1,18 derajat ketika puncak konjungsi pada 25 April dan keesokan harinya, sudut pisah Merkurius-Venus membesar hingga 4,09 derajat.
10. Hujan Meteor Lyrid: 22-23 April
Hujan meteor Lyrid adalah hujan meteor tahunan yang titik radiannya berada di konstelasi Herkules dekat Vega, bintang paling terang di konstelasi Lyra.
Diketahui, hujan meteor Lyrid berasal dari sisa debu komet C/1861 G1 Thatcher.
Sebetulnya, hujan meteor ini aktif sejak tanggal 16-25 April, tetapi puncaknya terjadi pada 22 April pukul 19.00 WIB atau 20.00 WITA, atau 21.00 WIT.
Lapan mengungkapkan, fenomena alam ini bisa diamati sejak terbit di arah barat laut sekitar pukul 22.15 waktu setempat sampai fajar bahari berakhir keesokan harinya.
11. Bulan Purnama Perige (Bulan Super/Supermoon): 27 April
Puncak purnama ini akan terjadi pada pukul 10.31 WIB atau 11.31 WITA atau 12.31.29 WIT dengan jarak geosentrik 357.616 km, berdiameter sudut 33,41 menit busur dan terletak di konstelasi Libra.
Sedangkan perige (garis edar suatu benda langit yang terdekat dengan bumi) Bulan terjadi pukul 22.29 WIB atau 23.29 WITA atau 00.29 WIT dengan jarak geosentrik 357.378 km, berdiameter sudut 33,43 menit busur dan terletak di konstelasi Libra.
Adapun penyebutan Bulan Super atau Supermoon lantaran jaraknya cukup berdekatan dengan titik perige.
12. Perihelion Merkurius: 27 April
Masih di tanggal yang sama, terjadi perihelion Merkurius.
Perihelion secara umum adalah konfigurasi ketika planet berada di titik terdekat dari Matahari.
Perihelion Merkurius terjadi setiap rata-rata 88 hari sekali atau dalam setahun terjadi empat kali.
Perihelion Merkurius pada April, akan terjadi pada 27 April pukul 08.48 WIB atau 09.48 WITA atau 10.48 WIT dengan jarak 46 juta km dari Matahari.
Perihelion Merkurius sebelumnya sudah terjadai pada 29 Januari dan seri berikutnya akan terjadi 24 Juli dan 20 Oktober 2021.
13. Konjungsi Bulan-Antares: 28-29 April
Fenomena alam bulan April ini ditutup dengan konjungsi Bulan-Antares yang kedua.
Hal ini dikarenakan periode sideris Bulan selama 27,32 hari.
Puncak konjungsi Bulan-Antares terjadi pada 29 April pukul 13.07 WIB atau 14.07 WITA atau 15.05 WIT.
Akan tetapi, fenomena ini sudah bisa disaksikan sehari sebelumnya pukul 20.00 waktu setempat dari arah timur-tenggara hingga keesokan paginya ketika fajar bahari dari arah barat-barat daya.
Berita Terkait Fenomena Astronomi
(Tribunnews.com/Widya)