Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyak sektor penopang perekonomian telah menerapkan teknologi Kecerdasan Artifisial (KA) atau Artificial Intelligence (AI).
Namun tidak banyak masyarakat yang menyadari bahwa teknologi ini 'telah akrab' dalam kehidupan sehari-hari.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan teknologi KA dapat mempermudah manusia dalam melakukan banyak hal.
"KA akan membuat manusia lebih mudah memilih dan melakukan hal lebih baik. Akan tetapi adopsi teknologi ini harus tetap dilakukan secara prudent, provident, dan trustworthy, serta sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia," ujar Hammam, dalam keterangan resminya, Sabtu (1/5/2021).
Diperlukan literasi mengenai pentingnya teknologi ini, agar dapat menambah pengetahuan dan menumbuhkan rasa percaya masyarakat terhadap teknologi ini.
Baca juga: Pemanfaatan Teknologi Kecerdasan Buatan di Instalasi Radiologi Khusus Penyakit Stroke
"Terkait literasi yang telah dilakukan, hal itu tidak lain ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan rasa percaya masyarakat akan pemanfaatan KA," jelas Hammam.
Baca juga: Artificial Intelligence Summit 2020, Ajang Indonesia Unjuk Gigi di Inovasi Kecerdasan Buatan
Dia tidak menampik, nantinya akan ada banyak bidang pekerjaan yang akan tergantikan oleh KA seiring pemanfaatannya yang semakin masif.
Kendati demikian, hal itu menurutnya bukan untuk mematikan mata pencaharian yang ada saat ini, namun membuka peluang profesi atau pekerjaan baru sebagai pelaku teknologi KA.
Baca juga: Jepang - Indonesia Kerja Sama terkait Teknologi Rekayasa Genetika Secara Artifisial
Di era ekonomi digital ini, kata dia, industri e-commerce banyak mendapatkan manfaat dari penerapan teknologi KA.
Mulai dari penerapan sistem rekomendasi produk, tampilan aplikasi yang dikustomisasi khusus sesuai dengan user experience, sistem reminder, hingga chatbot.
Selain sektor e-commerce, tanpa disadari teknologi KA ini turut diterapkan pula pada sektor media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram, Youtube hingga Whatsapp dan Telegram.
Penerapan KA pada media sosial ini dimaksudkan untuk membuat para pengguna mendapatkan rekomendasi konten dan siapa saja yang bisa mereka lihat atau follow.
Dalam kehidupan sehari-hari, KA ini dapat dijumpai melalui layanan seperti asisten virtual Google dan Siri.
Hammam menjelaskan Kecerdasan Artifisial dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan komputer yang memiliki kecerdasan untuk meniru fungsi kognitif manusia.
"Teknologi KA diciptakan untuk memahami dan memberi solusi terhadap suatu masalah dengan lebih cepat, efektif dan mampu menyelesaikan pekerjaan manusia dengan lebih mudah serta memberi hasil yang maksimal," tegas Hammam.
Mantan Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA) BPPT ini kemudian menyebut beberapa contoh penggunaan KA yang bisa ditemui sehari-hari yakni mesin pencarian (search engine) seperti Google, Bing, dan Baidu.
Semua orang bisa mencari apapun yang ingin diketahui, baik informasi umum maupun produk yang ingin dibeli di aplikasi belanja online.
Contoh lainnya seperti translator, game online, pencarian lokasi wilayah menggunakan online maps hingga face recognition pada smartphone.
Ini merupakan contoh Kecerdasan Artifisial pada kehidupan sehari-hari yang memudahkan akses informasi di era transformasi digital.
Kendati demikian, ia menyadari bahwa KA yang dikenal saat ini masih dalam tahap narrow intelligence atau kecerdasan terbatas.
Kecerdasan artifisial bukan merupakan hal baru, perkembangan teknologi satu ini selalu menjadi sesuatu yang menarik perhatian.
Indonesia bahkan telah membentuk Strategi Nasional (Stranas) KA untuk mendorong terciptanya 'visi Indonesia 2045'.
Karena Stranas ini diyakini mampu membuka peluang bagi pelaku usaha dalam memasukkan Kecerdasan Artifisial dalam lini bisnis mereka.
Saat para pelaku usaha menerapkan teknologi KA, akan terjadi pertumbuhan ekonomi berbasis teknologi digital.
"Stranas KA menjadi indikator bagi sebuah negara yang siap beradaptasi dengan kemajuan industri 4.0 yang ditandai dengan KA, big data dan cloud computing. Ini semua melambangkan bahwa negara itu betul-betul ingin menghela pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan teknologi 4.0," papar Hammam.
Revolusi industri 4.0, kata dia, tidak hanya menjadi bagian dari roadmap kemajuan zaman, namun juga bangsa.
"Indonesia juga sudah memiliki making Indonesia 4.0 yang berusaha meletakkan roadmap strategi Indonesia agar menjadi salah satu ekonomi terkuat di dunia. Pada saat Indonesia 100 tahun merdeka, di situlah Stranas KA merupakan jalan menuju Indonesia 45," kata Hammam.
Diresmikan pada Agustus 2020 lalu oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin, Stranas KA pada awalnya disusun untuk menjawab tantangan pengembangan KA di Indonesia.
Diantaranya kesiapan regulasi yang mengatur etika penggunaan, kesiapan tenaga kerja, kesiapan infrastruktur dan data pendukung pemodelan, serta kesiapan industri dan sektor publik dalam mengadopsi inovasi KA.