News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Hilirisasi DDR Madeena Jadi Produk Inovasi Covid-19 Hadapi Tantangan di Komersialisasi

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat Indonesia masih menunjukkan ketergantungan pada alat kesehatan (alkes) impor, Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan Covid-19 (TFRIC-19) kini mencoba untuk mendorong hilirisasi alat radiografi digital yang disebut 'Direct Digital Radiography (DDR) Madeena'.

Inovasi berbasis kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI) ini diharapkan bisa menjadi salah satu produk alkes yang mendukung substitusi impor.

DDR Madeena juga diharapkan menjadi salah satu produk inovasi yang mendorong kemandirian Indonesia dalam menangani Covid-19.

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan bahwa untuk menuju hilirisasi, ada tantangan yang harus dihadapi dalam mendorong produk inovasi ini agar bisa sampai pada tahap komersialisasi.

Baca juga: Juli Jadi Pemecah Rekor Angka Kematian Tertinggi Covid-19 di Indonesia

"Upaya mengantarkan produk teknologi DDR ke pasar bukan tanpa tantangan, justru salah satu tantangan utama dalam sebuah proses inovasi adalah pada tahapan difusi dan komersialisasi," ujar Hammam, dalam webinar bertajuk 'Kemandirian Alat Kesehatan Melalui Produk Inovasi Direct Digital Radiography (DDR)', Kamis (29/7/2021).

Baca juga: Kapasitas 660 Bed, Rumah Isolasi Terpusat untuk Pekerja Pabrik Terpapar Covid Didirikan di Bekasi 

Hammam kemudian menekankan bahwa DDR memiliki potensi untuk menjadi produk inovasi yang 'mendobrak batas' bahwa karya anak bangsa juga bisa merambah ke pasar internasional.

Baca juga: UPDATE Corona 28 Juli 2021: Pasien Positif Tambah 47.791 Kasus, Sembuh 43.856, Meninggal 1.824

"Kita ingin menjadikan DDR ini sebagai success story dari karya ide seorang inovator dalam negeri yang mampu menghentakkan bukan hanya pasar domestik, tapi juga pasar global, ini jadi momentum kita mengangkat inovasi Indonesia," kata Hammam.

Pada kesempatan yang sama, Founder sekaligus Inovator PT Madeena Karya Indonesia, Gede Bayu Suparta menyampaikan bahwa inovasi ini sengaja dihadirkan untuk menjadi pilihan bahwa teknologi untuk alkes 'tidak harus mahal'.

"Indonesia belum memiliki alat radiografi digital yang cukup banyak untuk melihat paru-paru, yang ada saat ini adalah PCR (Polymerase Chain Reaction) test yang harganya jauh lebih mahal dibanding alat radiografi digital itu sendiri," kata Bayu.

Perekayasa Madya Pusat Pengkajian Industri Proses dan Energi BPPT Ermawan DS mengatakan bahwa terkait Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) inovasi alat radiografi digital ini diperkirakan mencapai 81,37 persen.

"Prediksi TKDN sangat tinggi, 81,37 persen," kata Ermawan.

Sebelumnya, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) saat ini tengah mengembangkan alat radiografi sinar-x yang disebut 'Direct Digital Radiography (DDR) Madeena', sebagai inovasi alat kesehatan (alkes) yang bisa mendukung substitusi impor.

Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan bahwa inovasi yang tengah masuk dalam tahap pengembangan ini memiliki kegunaan sebagai alat penentu status pasien terpapar virus corona (Covid-19) untuk tingkatan ringan (mild), sedang (moderate) atau berat (severe).

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini