Penurunan produksi dan konsumsi produk hewani sangat penting untuk pengurangan emisi gas metana.
Gas tersebut merupakan salah satu perhatian utama dalam analisis laporan IPCC, akibat pesatnya peningkatan kadar emisi yang sebagian besar didorong oleh bahan bakar fosil dan sektor industri peternakan. Selain itu, metana dalam jangka panjang memiliki dampak 25 kali lipat , daripada CO2 di atmosfer.
Dalam sektor peternakan, CO2 sebagian besar dikeluarkan karena adanya perubahan penggunaan lahan – misalnya, penggundulan hutan untuk area penggembalaan atau pertanian kedelai untuk pakan ternak – sementara metana sebagian besar dikeluarkan dari pencernaan hewan-hewan yang diternakkan.
Baca juga: Letak Astronomis dan Iklim Matahari Negara-negara ASEAN: Indonesia, Brunei Darussalam hingga Laos
Setiap kilogram daging sapi yang dihasilkan menghasilkan 60kg emisi gas rumah kaca (GRK); untuk membuat 1 kg keju, 21 kg GRK dilepaskan.
Angka tersebut, 20 dan 7 kali lebih banyak daripada memproduksi tahu—sumber protein, dalam jumlah yang sama masing-masingnya. Sementara produksi 1 kg susu mewakili 2,8 kg emisi GRK, dimana produksi susu kedelai hanya mengeluarkan 1 kg.
Sinergia Animal mengajak masyarakat untuk mencoba kebiasaan baru dan yang lebih berkelanjutan, seperti mengubah pola makan, untuk membantu menghentikan krisis iklim.
LSM tersebut menawarkan tantangan pola makan nabati, di mana partisipan yang mengikuti tantangan tersebut akan menerima email setiap hari dengan berbagai tips, resep, dan juga dukungan nutrisi selama 21 hari. Pendaftaran tantangan tersebut sepenuhnya gratis, dan dapat dilakukan di 21hariveg.org