Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, GLASGOW - Ilmuwan iklim telah merilis sebuah laporan baru pada hari Minggu kemarin mengatakan fakta bahwa tujuh tahun terakhir saat ini berpotensi menjadi yang terpanas yang tercatat dalam sejarah.
Laporan ini dirilis saat para pemimpin dunia berkumpul untuk memulai KTT Iklim Global Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang disebut 'COP26' di Glasgow, Skotlandia.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (1/11/2021), laporan dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menguraikan bahwa jumlah rekor emisi gas rumah kaca dan akumulasi panas 'telah mendorong planet ini ke wilayah yang belum dipetakan'.
Baca juga: Penetrasi Digital Plus Iklim Ramah Investor Dorong Investasi Asing di Indonesia
Baca juga: Prakiraan Cuaca BMKG Senin, 1 November 2021: 6 Kota Berpotensi Hujan Petir
Laporan ini mengumpulkan data dari berbagai lembaga di seluruh dunia hingga akhir September tahun ini dan menggunakan metrik iklim utama termasuk suhu, cuaca ekstrem, panas dan pengasaman laut, kenaikan permukaan laut, es laut serta gletser.
"Kami menunjukkan kepada anda apa yang terjadi secara nyata di atmosfer. Kita kembali memecahkan rekor dengan gas rumah kaca utama, karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida, ini kabar buruk," kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas saat presentasi temuan laporan di COP26.
Ia mencatat bahwa penerapan sistem penguncian (lockdown) yang meluas dan penutupan industri pencemar utama karena pandemi virus corona (Covid-19) ternyata tidak berdampak signifikan pada atmosfer.
Efek La Nina, El Nino
Meskipun kondisi La Nina berkontribusi terhadap kondisi cuaca yang cukup dingin di kawasan Tropis Pasifik pada tahun ini, laporan tersebut menyimpulkan dampak La Nina tidak akan mengembalikan tren peningkatan suhu global yang lebih luas.
Taalas kemudian mengatakan bahwa kondisi El Nino di masa depan kemungkinan akan menghasilkan rekor tingkat panas baru.
Laporan tersebut juga menemukan bahwa kenaikan permukaan air laut di seluruh dunia telah meningkat sejak 2013 ke level tertinggi baru pada tahun ini, sementara pengasaman dan pemanasan laut terus berlanjut.
Tujuh tahun terakhir telah menyaksikan fakta terjadinya percepatan hilangnya massa es dari gletser dan lapisan es, termasuk di Antartika.
Baca juga: Peringatan Dini Cuaca Ekstrem BMKG Besok, Senin 1 November 2021: Waspada Yogyakarta Hujan Lebat
Baca juga: Apakah Negara-negara Asia Tenggara Memenuhi Komitmen Iklimnya?
Sementara konsentrasi gas rumah kaca mencapai level tertinggi baru pada tahun lalu.
Menanggapi laporan ini, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dalam sebuah pernyataan, berharap COP26 dapat menyelamatkan bumi dari kerusakan.