Semakin besar skalanya maka semakin besar pula polusi cahaya yang timbul.
Berikut fenomena langit lainnya yang terjadi di bulan Desember:
1. Puncak Hujan Meteor Puppid Velid (7-8 Desember)
Puppid-Velid adalah hujan meteor yang titik radiannya berada di dekat bintang Gamma Velorum (Regor) konstelasi Vela yang berbatasan juga dengan konstelasi Puppis.
Hujan meteor ini bersumber dari sisa debu Komet 96P/Machholz yang mengorbit Matahari dengan periode 1,93 tahun.
Hujan meteor ini dapat disaksikan sejak pukul 21.00 waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari.
2. Puncak Hujan Meteor Monocerotid (9-10 Desember 2021)
Monocerotid merupakan hujan meteor minor yang titik radiannya (titik asal kemunculan meteor) berada di dekat konstelasi Monoceros yang berbatasan dengan konstelasi Orion dan Gemini.
Hujan meteor ini bersumber dari sisa debu asteroid 2004 TG10 yang mengorbit Matahari dengan periode 3,34 tahun dan juga menjadi sumber bagi hujan meteor Taurid Utara.
Hujan meteor ini dapat disaksikan sejak pukul 19.40 waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari (25 menit sebelum terbenam Matahari) dari arah Timur hingga Barat.
Intensitas hujan meteor ini untuk Indonesia mencapai 1,9-2 meteor/jam (Sabang hingga P. Rote).
Hal ini karena titik radian berkulminasi pada ketinggian 71°-88° pada arah utara, sementara intensitas hujan meteor saat di zenit sebesar 2 meteor/jam.
Pastikan cuaca cerah dan bebas dari penghalang maupun polusi cahaya di sekitar medan pandang.
Hal ini dikarenakan intensitas hujan meteor ini berbanding lurus dengan 100% minus persentase tutupan awan dan berbanding terbalik dengan skala Bortle (skala yang menunjukkan tingkat polusi cahaya, semakin besar skalanya maka semakin besar polusi cahaya yang timbul).