News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kapan Awan Cumulonimbus Muncul? Ketahui Juga Proses Terjadinya Bentuk Awan dan Jenis Awan Cumulus

Penulis: Katarina Retri Yudita
Editor: Daryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi awan - Berikut ulasan lengkap mengenai cummulonimbus dan kapan waktu munculnya.

TRIBUNNEWS.COM - Berikut ulasan lengkap mengenai awan cummulonimbus dan kapan waktu munculnya.

Berdasarkan tingkatannya, awan cumulonimbus termasuk dalam awan perkembangan vertikal.

Kelompok awan perkembangan vertikal ini berada pada ketinggian 500-1500m yang secara umum proses terbentuknya karena peningkatan suhu udara.

Awan cumulus adalah awan tebal yang memiliki puncak yang tinggi.

Ketebalannya tidak setebal dari awan cumola nimbus.

Baca juga: Mengenal Cumulonimbus, Awan yang Berbahaya bagi Pesawat, Ini Proses Terjadinya Awan

Dikutip dari bpblinmas.surabaya.go.id, awan ini terbentuk di siang hari ketika udara naik.

Apabila awan ini berhadapan dengan sinar matahari dan hanya mendapatkan setengah penyinaran dari bagian awan, maka akan menimbulkan bayangan berwarna kelabu.

Awan cumulus adalah awan yang berbentuk seperti bunga kol dan terbentuk karena adanya proses konveksi.

Proses konveksi merupakan perpindahan panas dan massa utama yang terjadi melalui difusi dan adveksi.

Jadi, awan cumulus adalah awan tebal yang memiliki puncak tinggi, bentuknya padat, serta memiliki batas yang jelas.

Pembentukan awan cumulus juga disebabkan oleh faktor ketidakstabilan dari lapisan atmosfer.

Apabila ketidakstabilan terus berlanjut, awan cumulus dapat menjadi awan cumola nimbus.

Proses terjadinya bentuk-bentuk awan

Proses terjadinya berbagai bentuk-bentuk awan dikarenakan titik air yang bertemu dengan udara yang panas, kemudian titik tersebut akan menguap dan beberapa awan akan menghilang membentuk awan lain.

Kejadian ini pada umumnya menjadi acuan bahwa awan akan selalu berubah-ubah bentuknya.

Sementara itu, air yang terdapat pada awan perlahan juga akan menguap dan mencair.

Namun, beberapa dari awan ini tidak masuk dalam kategori awan pembawa hujan.

Gunung Raung tertutup awan putih terlihat dari Dusun Gayasan Desa Gunung Malang Kec Sumberjambe Jember, Seniin (29/6/2015). Surya/Sigit Sugiharto (Surya/Surya/Sigit Sugiharto)

Jenis awan cumulus

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, awan cumulus dibedakan menjadi 3 jenis:

1. Cumulus congestus

Cumulus congestus adalah jenis awan cumulus yang didasarkan pada rentang ketinggian rendah atau menengah.

Awan ini adalah awan yang terbentuk dari tahap peralihan antara awan cumulus mediocris dan cumula nimbus.

Proses terjadinya awan jenis ini juga dikarenakan ketidakstabilan di lapisan atmosfer dan adanya konveksi.

Karena berasal dari gerakan udara vertikal yang kuat, awan ini biasanya lebih tinggi dan puncaknya, bisa mencapai 6 km atau bahkan bisa lebih tinggi lagi apabila di daerah tropis.

Cumulus congetus ini akan berakhir dalam calvus cumola nimbus dalam keadaan ketidakstabilan yang cukup.

Meski pada umumnya awan ini adalah awan yang terbentuk dari tahap peralihan antara mediocris cumulus, tetapi awan ini juga dapat terbentuk dari altocumulus castellanus atau stratocumulus castellanus.

Awan cumulus congetus ini biasanya menghasilkan hujan dengan instensitas sedang hingga berat.

2. Cumulus humilis

Cumulus humilis adalah awan yang memiliki luas vertikal yang kecil.

Awan ini nantinya juga akan berkembang menjadi awan cumulus mediocris atau bisa juga menjadi awan cumulus congetus yang biasanya akan menandakan cuaca buruk di kemudian hari.

Awan ini biasanya terlihat di bawah awan cirrostratus dan terbentuk dari panas matahari yang digunakan untuk pendinginan proses konveksi yang nantinya menyebabkan awan cumulifrom untuk meratakan dan berubah menjadi cumulus humilis.

Awan cumulus humilis ini adalah awan yang dapat mengindikatorkan cuaca.

3. Cumulus mediocris

Cumulus mediocris adalah awan yang memiliki karakteristik bentuk seperti bunga kol pada awan cumulus.

Pada umumnya, awan ini tidak menghasilkan curah hujan dengan intensitas rendah, tetapi lebih mirip dengan intensitas curah hujan yang dihasilkan oleh awan cumulus congetus dan cumola nimbus.

Awan ini terbentuk ketika terdapat kenaikan awan dari cumulus humilis.

Seperti awan cumulus, awan ini juga membutuhkan konveksi sebelum berkembang.

Seperti udara yang naik kemudian membentuk awan cumulus yang terus meningkat menjadi terbentuklah awan ini.

Dalam hal peramalan cuaca, awan ini biasanya berada dalam front dingin atau dalam kondisi atmosfer yang tidak stabil seperti daerah yang memiliki tekanan rendah.

Awan ini bisa berkembang menjadi cumulus congetus sebagai awan membawa hujan, angin, atau bahkan petir.

Apabila awan ini ada di pagi atau sore hari, maka akan terjadi badai di kemudian hari.

(Tribunnews.com/Katarina Retri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini