Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MARYLAND - Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat (AS) mengizinkan penggunaan Paxlovid Pfizer pada pasien virus corona (Covid-19) berusia 12 tahun ke atas.
Ini merupakan pil pengobatan Covid pertama dari jenisnya yang telah terbukti sangat efektif dalam mencegah gejala Covid-19 yang serius pada individu yang terinfeksi.
Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (23/12/2021), otorisasi penggunaan darurat Paxlovid diberikan saat AS menghadapi lonjakan kasus Covid-19 karena munculnya varian Omicron yang diduga sangat menular.
Baca juga: Mengenal Paxlovid, Obat Covid-19 dari Pfizer, Bagaimana Cara Kerjanya?
Pil ini akan tersedia bagi mereka yang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gejala sakit parah.
Menurut rilis berita FDA, Paxlovid hanya tersedia dengan resep dokter dan harus digunakan sesegera mungkin setelah diagnosis Covid-19, serta dalam waktu lima hari setelah timbulnya gejala.
Paxlovid harus diberikan dua kali sehari selama lima hari berturut-turut, dosisnya masing-masing adalah tiga tablet yang terdiri dari dua tablet nirmatrelvir dan satu tablet ritonavir.
Putaran 30 pil Paxlovid diatur dengan biaya sekitar 530 dolar AS per pasien.
Efek yang ditimbulkan Paxlovid telah membuat AS memesan dosis yang cukup untuk mengobati 10 juta warganya.
Baca juga: Obat Suntik Pertama Pencegah HIV Kini Kantongi Persetujuan FDA Amerika Serikat
Namun, peluncurannya membutuhkan waktu karena Pfizer hanya dapat memproduksi cukup pil untuk mencakup 65.000 orang di AS pada akhir pekan depan.
Selama dua bulan pertama, Pfizer akan menyediakan 350.000 kursus perawatan sebelum produksi ditingkatkan.
Raksasa farmasi AS itu diharapkan dapat memproduksi 120 juta kursus Paxlovid pada 2022.
Saat Paxlovid terlihat menjanjikan dalam upaya perang melawan Covid-19, pil antivirus lainnya pun siap untuk segera memasuki pasar.
Produsen obat Merck juga telah mengembangkan pil yang diklaim dalam sebuah penelitian dapat mengurangi risiko rawat inap serta kematian bagi pasien berisiko tinggi sekitar 30 persen.
Baca juga: Ada Lemon dan Jahe, Ini 5 Obat Alami untuk Membantu Mengatasi Diare